Friday, June 7, 2013

Republika - Dubai Kenalkan Wisata Rohani

Rabu, 3 Oktober 2007.



Dubai Kenalkan Wisata Rohani













Ada satu masjid yang bisa dikunjungi oleh non-Muslim.











Masyarakat Muslim di Dubai, Uni Emirat Arab, menggelar program 'Hormati Ramadhan'. Ini upaya untuk meningkatkan pengertian bagi para pekerja asing yang diperkirakan berasal dari 150 negara di Dubai mengenai Islam dan Ramadhan. Selama ini Dubai dikenal sebagai pusat perdagangan global. Tempat wisata juga bertebaran di sana. Tak mengherankan warga asing dari berbagai negara berada di tempat itu untuk menjalani berbagai aktivitas bisnis sekaligus berwisata. Sheikh Mohammed Centre for Cultural Understanding (SMCCU) menjadi lembaga yang bertanggung jawab atas program ini. Salah satu kegiatan dalam program ini adalah kunjungan Masjid Jumeirah, satu-satunya masjid di Uni Emirat Arab yang terbuka untuk non-Muslim. ''Kunjungan ke masjid bertujuan agar para peserta bisa terbuka pemikirannya. Kami hanya ingin agar setiap orang belajar saling menghormati,'' kata pengawas Masjid Jumeirah, Latifa Flook, yang juga mualaf kelahiran Inggris. Flook menyatakan kunjungan tersebut berl!

angsung selama 1,5 jam. Para peserta juga diharapkan mengetahui lebih banyak mengenai kehidupan dan agama warga Uni Emirat Arab. Agar mereka mendapatkan informasi berlimpah, jelas Flook, pihaknya terus memancing peserta mengajukan banyak pertanyaan. Pada tahun ini peserta yang ikut mencapai 450 orang dibanding tahun lalu yang hanya mencapai 50 orang dalam sekali kunjungan. Pada akhir program kunjungan Sheikh Mohammed Raisi, ketua masjid, berharap agar para peserta kunjungan menghormati orang-orang yang berpuasa selama Ramadhan. Di antaranya dengan berpakaian lebih tertutup. Selain itu, Raisi juga berharap warga asing yang ada di Dubai (jumlahnya mayoritas dari 1,3 juta warga yang ada di sana) juga mampu menahan diri untuk tak melakukan adegan-adegan mesra di depan publik. Ia juga memberi penjelasan tentang Islam. Termasuk di dalamnya pelaksanaan ibadah puasa. Raisi mengatakan puasa di bulan Ramadhan memiliki tujuan untuk mendisiplinkan diri, melakukan refleksi, dan menumb!

uhkan empati terhadap mereka yang memiliki nasib kurang berunt!

ung. Li

nda Mirdad, mualaf kelahiran Irlandia, menyatakan para pekerja asing yang ada di Dubai mesti mampu menunjukkan sedikit rasa hormat kepada umat Islam selama Ramadhan ini. ''Kami memiliki kebebasan di sini, maka saya meminta mereka tak menyalahgunakannya,'' ujarnya. Mirdad yang telah sepuluh tahun tinggal di Dubai menyatakan suasana liberal yang mewujud di Dubai telah membuat banyak orang melupakan atau mengabaikan dasar-dasar kehidupan Islam. Namun, selama Ramadhan ia berharap ini tak akan terjadi. Sejumlah stasiun radio yang bersiaran dengan bahasa Inggris juga mengumandangkan pengumuman selama Ramadhan ini, mendesak orang-orang untuk mengecilkan volume musik di mobilnya dan tak menggelar pesta-pesta yang hedonik. Sejumlah warga non-Muslim memang merasakan ketidaknyamanan selama Ramadhan. Namun, sebagian lain merasa ada keuntungan yang mereka dapatkan. ''Saya bisa pulang kerja lebih awal,'' kata seorang pekerja asing asal Inggris. Sementara itu, pekerja asing yang Muslim,!

terutama dari Asia, selama Ramadhan bisa menikmati tenda berbuka. Mereka bisa menikmati makanan berbuka yang disediakan di sana. Kegiatan ini dilakukan oleh Bulan Sabit Merah Uni Emirat Arab. Mazhar, seorang pekerja asal Bombay, India, menyatakan senang berbuka puasa di tenda yang menyediakan makanan berbuka. 'Ini makanan dengan menu lengkap dan saya begitu gembira,'' ujarnya. Mazhar bergabung dengan ratusan pekerja dari Asia lainnya di tenda yang menyediakan makanan berbuka. Mereka menikmati ayam dan nasi sambil duduk lesehan setelah berbuka puasa dengan mengonsumsi kurma dan susu. Minuman mineral atau jus jeruk dan apel juga tersedia di hamparan karpet yang digelar di sepanjang tenda. ''Bila tak berbuka di sini, saya tentu hanya berbuka dengan makanan ringan setelah bekerja seharian dengan suhu mencapai 40 derajat Celcius,'' katanya. Shafik, pekerja asal Pakistan, juga menyempatkan berbuka puasa bersama dengan kawan-kawannya dari Pakistan. ''Kami makan sebanyak yang kam!

i suka dan makanan di tenda tersebut sangat beragam,'' katanya!

memberi

alasan suka sekali berbuka di tenda tersebut. Ternyata tenda untuk berbuka itu juga terbuka bagi non-Muslim. Ketua Bulan Sabit Merah Uni Emirat Arab, Mohammad al-Hajj Zaroni, menyatakan tenda untuk berbuka ini terbuka bagi siapa saja. ''Tenda kami terbuka bagi semua orang,'' katanya. Zaroni menyatakan selama Ramadhan pihaknya menyediakan lebih dari satu juta makanan untuk didistribusikan pada 100 lokasi. Paling tidak 11,36 juta dirham atau tiga juta dolar AS dana yang harus mereka keluarkan untuk kegiatan ini. Menurut Zaroni, 10 ribu paket makanan disajikan setiap harinya selama Ramadhan. Biasanya lokasi penyajian makanan tersebut selain di tenda juga didistribusikan di dekat masjid dan di masjid-masjid yang agak jauh dari pusat keramaian kota. afp/fer

( )