Senin, 18 Maret 2002.
Vasindo Masuk Pasar Jakarta dan MedanJAKARTA - Hingga kini, pemerintah telah mengeluarkan izin operasional kepada 15 operator. Salah satunya, PT Vasindo TeleMemo (VT) yang membidik pasar Jakarta, setelah mengoperasikan layanan jasa telekomunikasi di Surabaya.
"Kami optimis, di Jakarta layanan kami mampu meraup pasar senilai Rp 1 miliar per bulan. Angka itu sudah lebih tinggi dibandingkan pasar di Surabaya," kata Subianto, Direktur Utama VT saat ditemui di sela peluncuran kartu panggil EVA di Jakarta, akhir pekan lalu.
Dalam ketetapan menteri (KM) No. 21/2001, kartu panggil dikategorikan sebagai layanan jasa nilai tambah telekomunikasi. Sama dengan jasa internet telephony service provider (ITSP) atau VoIP. Tiap operator yang memegang lisensi sebagai operator bakal mendapatkan kode akses lima digit.
Subianto mengaku optimis dengan perkembangan industri jasa kartu panggil. Berdasarkan data traffic Telkom yang dikutipnya, pada 2001, traffic pulsa untuk layanan domestik baru sudah mencapai 350 juta menit per tahun. "Itu pasar yang cukup besar. Karena itu, layanan jasa kartu panggil memiliki prospek yang masih bagus di Indonesia."
Bagi Vasindo sendiri, katanya, besarnya pasar itu direspon dengan mengembangkan jaringan ke berbagai kota besar lain. Dia merasa perusahaannya telah sukses mengembangkan jasa tersebut di Surabaya.
"Mulanya kami mendapat izin sebagai penyelenggara di Surabaya, resmi beroperasi sejak Agustus 2001," ungkapnya.
Vasindo hanya membutuhkan waktu selama tiga bulan untuk menguasai pangsa pasar senilai Rp 500 juta per bulan. Jumlah ini dinilai cukup besar dibandingkan dengan operator lain. "Sebagai operator baru, pendapatan itu sudah cukup besar. Apalagi, kami hanya beroperasi di Surabaya saja."
Karena itu, menurut Subianto, Vasindo mencoba mengembangkan pasar jasa layanannya. Berdasarkan izin pengembangan yang dikeluarkan Direktorat Bina Telekomunikasi dan Informatika tertanggal 16 Agustus 2001 lalu, Vasindo juga mendapatkan izin operasi di Jakarta dan Medan.
"Pangsa pasar di Jakarta masih sangat besar. Sekitar 30-40 persen atau 105-140 juta menit traffic di Indonesia dihasilkan dari Jakarta," ujarnya.
Dalam membidik pasarnya, Vasindo mengandalkan kemampuan jaringan akses yang menggunakan seluruh peralatan terminal telekomunikasi. Mulai dari terminal telepon umum, PSTN atau telepon tetap dan seluler. Kemampuan itu, diyakini bakal mendongkrak traffic penggunaan kartu panggil. "Selain itu, dapat digunakan untuk berkomunikasi SLJJ dan SLI."
Ketika disinggung mengenai pola kerja sama dengan Telkom, Subianto menyatakan, polanya didasarkan atas progressive discount. Hanya, ia mengaku lupa rincian dari diskon yang disepakati. Karena itu, adanya kebijakan kenaikan tarif pulsa tidak menghambat operasionalisasinya.
"Kami kan tidak mengenakan tariff sendiri. Semuanya sama dengan ketentuan tarif yang berlaku," katanya.
Kendati demikian, dia mengakui bahwa diskon baru bisa diberikan jika traffic-nya mampu mencapai batas minimal. "Kalau tidak salah, saat traffic-nya mencapai 250 ribu menit per E1 per bulan."
Berdasarkan catatan Koran Tempo, setidaknya ada 15 perusahaan yang telah mengantongi izin sebagai operator kartu panggil ini. Selain operator tersebut, Telkom juga mengembangkan jasa layanan serupa melalui Unit Proyek Bisnis (Probis) Calling Card. Dari jumlah tersebut, baru tujuh operator yang telah beroperasional. Sisanya masih dalam tahap pengembangan.
Subianto mengakui kompetitor utama layanan jasa kartu panggil bukan berasal dari sesama operator. Tetapi justru bersumber dari operator VoIP yang berkembang tanpa izin pemerintah. "Kompetitor utama ya VoIP ilegal itu. Sebab mereka kan tidak menggunakan jaringan milik Telkom secara sah."
Selain operator kartu panggil, ia juga menyoroti masuknya Telkom ke industri jasa tersebut. Sebagai penyelenggara jaringan, katanya, Telkom lebih baik menjadi pendorong tumbuhnya jasa itu tanpa harus ikut bermain.
"Toh, semuanya juga akan menggunakan jaringan mereka. Ini akan mendorong tumbuhnya industri itu sendiri," ujarnya.
Tetapi, meski begitu, dia yakin Vasindo mampu bersaing dengan operator VoIP tersebut. Karena, dari aspek kualitas, jaringan VoIP yang ada saat ini masih kalah jauh dibandingkan dengan jaringan yang ada. deddy hermawan