Sunday, June 9, 2013

Republika - SD Islam Cikal Harapan BSD

Sabtu, 29 Maret 2008.



SD Islam Cikal Harapan BSD





Perlakuan tak Wajar Kepada Anak Didik



















Saya merasa sangat kecewa dengan perlakuan yang terjadi pada putri saya dan merasa tertipu telah memasukkan anak saya ke Sekolah Dasar Islam Cikal Harapan di Sektor 9, Bumi Serpong Damai (BSD). Anak saya yang baru kelas satu SD ini telah mengalami depresi dan tekanan yang cukup berat akibat intimidasi oleh guru kelasnya sendiri. Ia tak berani menceritakannya kepada kami, orang tuanya. Untungnya, kami sebagai orang tua akhirnya mendeteksi adanya hal yang tidak wajar pada putri kecil kami. Kami memperhatikan ia sering terbangun dan menangis sendiri di malam hari. Juga bila ia mewarnai gambar, ia hanya menggunakan warna hitam saja untuk keseluruhan gambar tersebut.. Tekanan yang diterimanya dimulai dari larangan ke toilet untuk buang air kecil, sehingga anak kami menjadi takut untuk minum air dan urinenya sempat menjadi sangat keruh dan suhu tubuhnya selalu tinggi. Lalu, setiap akan pulang ke rumah, dia selalu diberi giliran yang paling belakang sementara ia telah menyel!

esaikan tugas lebih dahulu dari teman-temannya. Hal itu belum terhitung kecaman yang kerap diterimanya tanpa alasan yang kuat, termasuk dipermalukan di hadapan teman-temannya hanya karena tidak ingat salah satu ayat dari hafalan surat pendek (Juz Amma). Setelah kami mengetahui tentang perlakuan yang diterimanya tersebut, kami mencoba beberapa kali untuk mengkomunikasikan hal ini dengan guru kelasnya. Namun, karena tidak digubris, malahan anak kami diberikan hukuman-hukuman karena mengadu, kami mulai mencoba menjelaskannya ke Kepala Sekolah. Sayangnya, cerita kami kurang dipercaya karena guru kelas tersebut merupakan orang lama di sekolah tersebut. Namun dari itu semua, yang paling membuat hancur hati saya sebagai orang tua ialah setelah kami membawa masalah ini ke Kepala Sekolah, putri kami yang masih kelas satu SD tersebut malah dituduh mencuri uang teman-temannya dan dihakimi tanpa menginformasikan kami terlebih dahulu. Putri saya telah dua kali diinterogasi di ruang UKS !

oleh guru tadi dengan menghadirkan temannya satu persatu layak!

nya seor

ang penjahat besar. Saya mungkin tidak akan sekecewa ini andai putri kami sudah berada di kelas 3 atau 4 SD, dan tidak lagi takut untuk pergi ke sekolah yang masih asing baginya. Saya sungguh heran, di sekolah dasar, penghukuman dan ancaman dianggap sebagai pendisiplinan. Sementara mempermalukan seorang anak kecil di depan teman-temannya dianggap sebagai tindakan yang memotivasi agar lebih giat belajar. Saat ini saya benar-benar merasa putus asa karena putri saya sedang belajar di pertengahan tahun akademis sehingga tidak mungkin untuk pindah ke sekolah lain, atau ia akan ketinggalan satu tahun dari teman-teman seusianya. Sementara tekanan dari guru kelasnya tersebut belum juga berakhir hingga saat ini. Bila ada di antara pembaca yang dapat memberikan solusi pada kami, kami akan sangat berterima kasih. DH Widayatmoko Jl. Vinca 4 No.37 Blok G-4, Sektor I-4 BSD City Telp. (021) 531-52444

( )