Friday, June 7, 2013

KoranTempo - PRA Arif Natadiningrat, Melaksanakan Wasiat Sunan Gunung Jati

Minggu, 4 April 2004.

PRA Arif Natadiningrat, Melaksanakan Wasiat Sunan Gunung Jati"Ingsun titip tajug lan fakir miskin." Wasiat terakhir Sunan Gunung Jati itu kurang lebih berarti: "Saya menitipkan masjid dan fakir miskin." Wasiat salah seorang penyebar agama Islam di Jawa itu dipandang oleh Pangeran Raja Adipati (PRA) Arif Natadiningrat sebagai nasihat yang harus dijalani. Calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Jawa Barat dengan nomor urut lima itu memandang wasiat itu masih up to date di era globalisasi ini. "Nasihat itu akan selalu aktual," kata Arif, 39 tahun, yang bertekad melaksanakan nasihat tersebut.



Wasiat itu memang sangat besar maknanya buat Arif Natadiningrat yang tak lain putra mahkota Keraton Kasepuhan Cirebon. Ia putra sulung dari Gusti Sultan Sepuh XIII, H. Maulana Pakuningrat. Dilihat dari silsilahnya, Arif adalah keturunan ke-19 Syeikh Syarif Hidayatullah yang lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati sekaligus keturunan ke-26 Nabi Muhammad SAW dari garis Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib.



Sebagai orang yang memiliki darah biru, Arif bisa dikatakan tidak mewakili sosok tradisional yang kaku, terutama dalam hal pendidikan. Arif berhasil menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Nusantara, Bandung. Bahkan, kini ia sedang merampungkan program magister manajemen. Selain itu Arif juga dikenal sebagai sosok yang penyabar dan mudah bergaul dengan siapa saja. Buktinya, ia kini memegang jabatan di 31 organisasi. Tak heran bila Arif punya tujuan mulia, yaitu memajukan masyarakat wilayah III Cirebon melalui wasiat Sunan Gunung Jati.



"Wasiat Sunan harus saya jalankan dan junjung tinggi untuk memajukan masyarakat Cirebon," katanya.



Arif menambahkan, wilayah III Cirebon selama ini masih dianaktirikan oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat. Menurut dia, masyarakat Cirebon memang berbeda secara budaya dengan masyarakat Sunda. Masyarakat Cirebon adalah masyarakat pesisir yang memiliki tradisi dan kultur sendiri, yaitu perpaduan antara Sunda dan Jawa. "Tetapi perbedaan secara kultur ini tidak dapat dijadikan alasan untuk menganaktirikan wilayah Cirebon dari pembangunan secara keseluruhan di Provinsi Jawa Barat," tuturnya.



Arif mengingatkan, para calon pemimpin dan wakil rakyat punya pekerjaan rumah yang cukup berat, yakni memulihkan perekonomian Indonesia setelah jatuh terpuruk ditimpa krisis. Untuk mengangkat ekonomi dan mengamalkan wasiat titip fakir miskin, Arif bertekad mengembangkan Pelabuhan Muara Jati yang merupakan satu-satunya pelabuhan di Jawa Barat. "Dulu Sunan melakukan kerja sama antarnegara menggunakan sarana Pelabuhan Muara Jati. Karenanya, saya pun akan kembali merintisnya," ujar Arif.



Dengan mengembangkan pelabuhan bertaraf internasional itu, Arif yakin kehidupan ekonomi masyarakat Cirebon akan terangkat. Apalagi, sejak dulu masyarakat Cirebon dikenal sebagai masyarakat maritim. Arif yakin dari pembangunan Pelabuhan Muara Jati ekonomi kerakyatan akan terbuka luas. "Dengan demikian wasiat ingsun titip fakir miskin bisa kita jalankan dengan membuka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat," katanya.



Selain pembangunan ekonomi, Arif juga bertekad membangun sektor agama. Menurut dia, masyarakat Cirebon selama ini dikenal agamis. Namun, untuk melaksanakan niatnya Arif mengakui sangat sulit. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Meski demikian ia tetap bertekad menjalankannya. Membangun masyarakat Cirebon yang agamis dan memiliki akhlak terpuji adalah perwujudan wasiat ingsun titip tajug.



Dalam konteks ini masjid tak dapat diartikan secara sempit, yaitu pembangunan fisiknya saja, tetapi bagaimana memakmurkan masjid sehingga menghasilkan manusia-manusia berkualitas Islami. Caranya, antara lain dengan memperdalam dan memperbanyak muatan pelajaran lokal yang dapat menjadi panduan dalam perjalanan hidup tiap siswa dan siswi di Cirebon.



Keinginan Arif mewakili Cirebon menjadi anggota DPD mendapat dukungan dari masyarakat, termasuk KH Ilyas Rukhyat dari Pondok Pesantren Cipasung, KH Shohibulwafa Tajul Arifien (Abah Anom) dari Pondok Pesantren Balerante Palimanan Cirebon, dan 226 pesantren yang ada di Kabupaten Subang yang tergabung dalam Forum Silaturahmi Pesantren se-Subang. Mereka menobatkan Arif sebagai wakil dari Pantura. Abah Anom mengharapkan, Arif akan memajukan wilayah III Cirebon.



Selain dari kalangan pesantren, dukungan juga mengalir dari akademisi. Sugianto, dosen Universitas Tujuh Belas Agustus Cirebon, mengatakan bahwa sosok seperti Arif yang pantas mewakili Cirebon. "Selain masih keturunan dari Sunan Gunung Jati, pribadi, kecakapan, dan kepintarannya bisa diandalkan untuk memajukan wilayah III Cirebon," katanya.



Dukungan membanjir. Harapan pun telah digantungkan. Kini tergantung pada Arif, mampukah ia memikul tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya. Menjawab tantangan itu, Arif berucap, "Insya Allah saya akan mengemban amanah dan tanggung jawab ini sebaik-baiknya." ivansyah-tnr