Sunday, June 2, 2013

Republika - Tujuh Merek Motor Cina Cacat Uji Publik

Kamis, 7 Desember 2006.



Tujuh Merek Motor Cina Cacat Uji Publik

























JAKARTA -- Tujuh merek sepeda motor Cina diragukan tingkat kehandalan dan kualitasnya. Hasil uji publik Departemen Perindustrian (Deperin) berkerja sama dengan Balai Termodinamika Motor dan Propulsi (BTMP) yang dilakukan pada tahun 2005 dan 2006 menunjukan hal itu. Direktur Industri Alat Transportasi Darat dan kedirgantaraan Deperin, Syarif Hidayat, menuturkan uji publik tersebut dilakukan terhadap 13 merek sepeda motor. ''Uji publik ini dilakukan secara acak, jadi hasil uji ini hanya mewakili sepeda motor yang diuji bukan mewakili merek atau tipe tertentu,'' katanya usai sosialisasi hasil uji publik kendaraan bermotor roda dua tahun 2005 dan tahun 2006 di Jakarta, kemarin (6/12). Dijelaskan Syarif, uji publik sepeda motor ini meliputi lima jenis uji yaitu uji jalan, uji percepatan, uji jarak pengereman, uji untuk kerja mesin, dan uji ketahanan mesin. Pengujian tersebut, lanjutnya, dilakukan sesuai standar nasional maupun internasional yang ditetapkan oleh tim. Ketigab!

elas sepeda motor yang melakukan uji publik tersebut terdiri dari 5 merek pada tahun 2005 yakni Torindo tipe Smart-X, Demak tipe Smart R, Zhongyu tipe Sinar X, Loncin tipe Magna X, Loncin tipe Supra Jet. Sisanya sebanyak 8 merek diuji publikan pada tahun 2006 yaitu Zhongyu tipe Kencana, Isapporo tipe Super X, Kanzen tipe Taurus, Izuki tipe Shongun 125, Viar tipe Speed, Happy tipe Sporty R, Balada tipe Harisma, dan Mandiri tipe Sena R. Dari 13 merek yang diuji publikan ini, tujuh diantaranya tidak dapat meneruskan tahapan uji publik secara keseluruhan. ''Beberapa merek yang kita uji tidak dapat meneruskan ke tahapan selanjutnya karena mesin tidak dapat dihidupkan setelah dijalankan hingga 186 kilometer dan 466 kilometer,'' jelasnya. Sementara beberapa merek lainnya, tambah Syarif, tidak dapat dilakukan uji ketahanan karena mesin tidak dapat dihidupkan dan terdapat rembesan oli di mesin. Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika (IATT) Deperin, Budi Dharmadi, menuturka!

n meski dari hasil uji publik ini terdapat produk sepeda motor!

yang ti

dak dapat memenuhi kriteria penilaian uji publik, namun pihkanya tidak memberikan sanksi terhadap pihak produsen maupun importir. ''Sanksi diterapkan kalau pihak produsen memberikan informasi produk yang tidak sesuai dengan yang semestinya,'' katanya. IKM Komponen Berpotensi Masuk Jaringan Pasar Global JAKARTA-- Industri kecil dan menengah (IKM) komponen lokal di Indonesia memiliki potensi besar untuk masuk jaringan pemasok suku cadang dunia, namun harus diimbangi dengan hasrat yang kuat memenuhi standar pasar internasional. Hal itu dikemukakan Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri, Teknologi, dan Kelautan Rachmat Gobel, Wakil Presdir PT Indonesia Epson Industry (IEI) Eiichi Abe, dan Kepala Perencanaan Perusahaan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Irwan di sela Bursa Komponen 2006 di Jakarta, Rabu (6/12). "Potensi IKM masuk jaringan pasar global sangat besar, apalagi 'set manufacture' (pembuat produk jadi) multinasional banyak yang sudah investasi !

di dalam negeri," kata Rachmat. Ia yakin kalangan IKM komponen lokal mampu memenuhi standar dan kualitas yang ditetapkan para pemain global tersebut jika dibina secara intensif baik oleh produsen produk jadi maupun pemerintah. "SDM (sumber daya manusia) kita pandai-pandai, tinggal dilatih dan diajari berbagai teknologi yang dibutuhkan untuk memenuhi standar tersebut," katanya. Oleh karena itu, Rachmat menilai pemerintah perlu memberi insentif keringan pajak bagi perusahaan yang melakukan pembinaan dan pelatihan kepada IKM maupun SDM agar para produsen barang jadi ekspansif melakukan pembinaan terhadap sdm maupun IKM yang menjadi mitra mereka. Apalagi, kata dia, dana pendidikan SDM yang dimiliki pemerintah masih sangat kecil, sehingga peranan swasta untuk mendidik sdm yang berkualitas sangat dibutuhkan. Kepala Perencanaan Perusahaan TMMIN Irwan mengatakan Toyota memiliki komitmen untuk meningkatkan penggunaan komponen lokal yang rata-rata saat ini sudah mencapai sekitar !

70 persen. Namun ia juga mengakui tidak mudah bagi perusahaan !

komponen

lokal menjadi pemasok di TMMIN karena harus memenuhi standar Toyota yang sangat ketat. "Tahun lalu misalnya dari 250 komponen yang kami tawarkan hanya sekitar 40 perusahaan yang mengajukan penawaran dan dari jumlah tersebut hanya sekitar 10 perusahaan yang dinilai mampu dan saat ini sedang diproses persetujuannya dari prinsipal di Jepang, karena kami harus menguji kualitasnya," ujar Irwan.

(ant/dia )