Monday, June 10, 2013

Republika - Setia Untung Arimuladi Tak Takut dengan Segala Ancaman

Selasa, 18 Juli 2006.



Setia Untung Arimuladi Tak Takut dengan Segala Ancaman

























Sebagai pejabat yang memiliki pemikiran cemerlang dan terbuka dengan masukan yang datang kepadanya, dia tak pernah jera untuk terus mengungkap berbagai penyimpangan yang terjadi di Kabupaten Garut. Apalagi, dunia yang ditekuninya itu berkaitan dengan masalah hukum. Setia Untung Arimuladi SHMH sosok yang dimaksud itu, saat ini, dikenal masyarakat sebagai 'penguasa' di Kejaksaan Negeri (Kejari) Kab Garut. Ia yang berhak mengungkap dan mengembangkan kejadian-kejadian yang dinilai menyimpang, baik di eksekutif, legislatif maupun lembaga dan instansi lainnya. Ketika Kabupaten Garut diguncang isu penyelewengan yang dilakukan anggota DPRD Kab Garut periode 1999-2004 terhadap dana APBD tahun anggaran 2001-2003, saat itu, tidak seorang pun yang berani mengungkapnya. ''Memang tidak ada seorangpun yang berani mengungkapnya karena mereka tidak memiliki wewenang itu. sedangkan saya memilikinya. Jadi cukup logis kalau saya melakukan penyelidikan,'' katanya. Dalam pandangan Untung, !

pengungkapan kasus-kasus seperti itu memang harus dilakukan Kejari Garut. Pasalnya, kata pria kelahiran 1 Desember 1961, hal itu merupakan tanggung jawab yang dibebankan pemerintah kepada para abdi hukum. Bagi pria yang beristrikan Deti Sugiharti Rahayu (41 tahun), komitmennya dalam menuntaskan berbagai kasus korupsi, merupakan tekad yang harus diwujudkan. Apalagi, sebelum dirinya bertugas di Garut, beberapa tahun lamanya sempat menjadi kasi penkum dan humas di Kejaksaan Tinggi Jabar. ''Saat bertugas di Bandung, saya banyak mengambil pengalaman dalam menyelesaikan berbagai kasus yang ada. Karena itu, ketika ditugaskan di Garut, saya tertantang untuk mengungkap kasus-kasus yang susah,'' cetus ayah dua orang putera ini kepada Republika. Diakui pria yang resmi bertugas di Kejari Garut sejak 10 November 2005 lalu, sebagai kepala Kejari, hingga kini dirinya masih terdapat kendala dalam pengungkapan kasus-kasus besar. ''Hal ini karena jumlah sumber daya manusia (SDM) di Kejari G!

arut sangat terbatas,'' papar pria yang menyelesaikan pendidik!

an S1 pa

da 1986 di Fakultas Hukum Universitas Islam Negeri Nusantara. Selama bertugas di Garut itu, Untung yang menyelesaikan pendidikan S2 pada 2004 di Fakultas Pascasarjana Universitas Parahyangan itu, mengaku tidak kapok untuk terus mengungkap kasus-kasus yang memiliki karakteristik besar dan berisiko tinggi. Bagi Untung, berapapun bayaran dan ancaman yang datang kepadanya ketika menyelidiki sebuah kasus, hanya dianggap sebagai masukan dan angin lalu. Dengan motivasi yang kuat, Untung mengaku tidak memiliki rasa takut untuk mengungkapkan kasus itu. Apalagi, saat kuliah dulu, Untung yang pernah menjabat Kepala Bagian Anggaran Biro Keuangan Kejaksaan Agung RI, memang aktif di berbagai organisasi kampus baik ekstra maupun intra. Dengan keaktifan yang pernah ditekuninya, Untung mengaku memiliki kepercayaan diri yang tinggi saat mengawali kariernya di lingkungan kejaksaan. ''Entahlah kalau saya tidak sempat mengalami menjadi aktivis mahasiswa, mungkin hidup saya sekarang sangat mono!

ton dan tidak memiliki keberanian yang besar walaupun sudah menjabat kepala kejari,'' ujarnya. Saat ini, setelah bertugas hampir delapan bulan di Garut, pria yang hobi bermain gitar dan keyboard ini, berharap bisa mengubah stigma masyarakat Garut yang memandang Kejaksaan sebagai lembaga yang tidak kredibel dan lamban dalam menangani sebuah kasus. Stigma buruk yang diberikan warga itu, menurut Untung, memang tidak berlebihan. Pasalnya, selama ia bertugas di Garut, pandangan orang tentang kelambanan Kejari dalam menangani kasus cukup terasa. ''Namun, bagi saya, hal itu, bukan halangan. Saya ingin SDM yang ada bisa termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya sehingga stigma itu perlahan bisa hilang,'' tandasnya. Dipaparkan Untung, ia tak mau stigma itu masih melekat di Kejari garut saat dirinya dipindahtugaskan ke daerah lain. ''Mestinya, dengan segala usaha yang dilakukan sekarang, stigma itu secara perlahan bisa hilang,'' katanya.

(mus )