Minggu, 23 Maret 2008.
Outbound Unik ala SukamiskinInilah outbound paling nyentrik. Jangan bayangkan alam terbuka. Jangan pula membayangkan pesertanya para eksekutif, mahasiswa, atau anak-anak. Harap maklum, acara tersebut berlangsung di lingkungan penjara yang tertutup. Pesertanya, ya narapidana alias napi: pembunuh, maling, pemerkosa, dan koruptor.
Outbound lain dari yang lain ini berlangsung di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Sukamiskin, Bandung, Rabu dua pekan lalu. Sebanyak 485 napi, baik yang baru masuk maupun sedang menjalani proses asimilasi, tumplek-blek di halaman penjara. Mereka berbaur dengan 120 sipir di penjara yang dibangun pada masa kolonialisme Belanda tahun 1918 itu.
Napi dan sipir penuh semangat dan riang gembira mengikuti aneka permainan. Canda, tawa, dan sorak-sorai bercampur jadi satu. Keriuhan pun membahana mewarnai setiap permainan yang diselenggarakan Spider Outbound Team dari Balai Besar Pendidikan dan Latihan Kesejahteraan Sosial Unit Pelayanan Teknis Departemen Sosial tersebut.
Sejenak, tak ada jarak antar-napi dan antara napi-sipir. Kalau ada anggota kelompok dari kalangan sipir melakukan kesalahan, anggota kelompok dari kalangan napi tak segan menyoraki. Maklum, kapan lagi napi kere bisa meledek sipir. Para napi pun happy. "Saya sangat menikmati permainan ini," kata Jimi, terhukum 7 tahun dalam kasus pembunuhan.
Dalam permainan itu, kelompok Jimi pun banyak menuai gagal. Bahkan Jimi cukup sering memberi andil dalam kegagalan kelompoknya itu. Toh, bagi mereka tak masalah. Mereka tetap sukacita. "Yang penting asyik, euy!" kata Jimi lagi, sumringah. Rekan-rekannya mengamini, juga dengan raut muka cerah.
Para instruktur Spider menyajikan 10 macam permainan menarik. Ada permainan line pipa, pipa bocor, penjinak bom, ember bola, tongkat ajaib, dan lainnya. Tongkat ajaib termasuk salah satu permainan yang paling riuh. Jenis permainan ini menggunakan pipa PVC berdiameter 1,5 inchi dengan panjang 2 meter.
Satu kelompok terdiri dari 10 orang dengan posisi saling berhadapan. Masing-masing merentangkan tangan ke depan hingga telunjuk saling bertemu. Di pertemuan telunjuk inilah pipa tadi diletakkan. Kemudian, secara perlahan ke-10 orang ini harus menurunkan pipa itu ke tanah.
Di sini butuh komando untuk menyamakan gerakan. Bila tidak, pipa akan menggelinding ke tanah. Permainan ini yang paling menyedot konsentrasi. Tak mengherankan bila para napi harus kompak memberikan komando, kapan mesti merendahkan tangan, jongkok, diam, dan seterusnya. Para napi tampak saling bahu-membahu mengatasi tantangan.
Ternyata tak mudah menurunkan pipa itu dengan selamat. Dari 48 kelompok yang mengikuti permainan ini, hanya dua kelompok yang bisa melakukannya dengan sukses. Selebihnya, meskipun sudah dilakukan berulang-ulang, tetap saja gagal. Sorak-sorai dan umpatan sebal kontan tumpang-tindih.
Semuanya tertawa-tawa. Semuanya senang. Yang paling gembira dan puas tentu saja yang punya gawe: Rahmat Prio, Kepala LP Sukamiskin. Lelaki berkacamata ini sangat sumringah melihat perhelatannya mendapat respons meriah dari para napi. "Minimal kita bisa melihat semangat dan kebersamaan, sesama napi ataupun napi dengan sipir," kata Rahmat.
Menurut Rahmat, kegiatan itu merupakan respons dari "Bulan Tertib 2008" yang dicanangkan Menteri Hukum dan HAM Andi Mattalatta. Fungsi LP sebagai tempat pembinaan terhadap napi, kata Rahmat, harus dikedepankan.
Rahmat menyadari kondisi mental serta rohani para penghuni LP yang terletak di Jalan Abdul Haris Nasution tersebut. Ia ingin para napi di Sukamiskin bisa memiliki semangat hidup yang lebih baik. Salah satu langkahnya adalah menggelar outbound sebagai permainan sekaligus hiburan yang sehat bagi para napi.
Untuk itu, ia melakukan kerja sama dengan tim Spider. Beruntung pula, pihak yang diajak bekerja sama itu tak memungut bayaran. Spider menganggapnya sebagai bentuk layanan kepada para napi. Di samping itu, tim outbound yang bergiat sejak tahun 2000 ini tertantang untuk berkreasi di lingkungan penjara. Maklum, itu baru pertama kali di Indonesia.
"Makanya disebut outbound koreksional, karena berbeda dengan outbound umumnya," kata Deden Budi Kusuma, Direktur Spider Outbound Team, di LP Sukamiskin. Instruktur Spider, Yan Kusmadiana, menjelaskan bahwa dalam permainan itu ditekankan kerja sama tim. Maka dipilihlah permainan sederhana dan melibatkan orang banyak.
Peralatan yang digunakan juga sangat sederhana. Ada pipa, tali, dan juga kayu. Juga ember dan bola. Permainan tersebut dipilih karena bisa mengaduk emosi, kesabaran, dan juga kecerdasan para napi. Dan yang terpenting, "Semua napi terlibat dan merasakan kegembiraan," kata Yan.
Memang terbukti semua napi happy. Seluruh napi ikut terlibat aktif, kecuali Abdullah Puteh dan Probosutejdo yang sedang tidak fit. Toh kedua terpidana kasus korupsi juga tampak ceria menyaksikannya dari pinggir lapangan penjara yang pernah dijadikan sebagai tempat hukuman bagi intelektual yang dianggap menentang penjajah Belanda ini.
Bagi para penghuni penjara, kegiatan itu merupakan kesempatan untuk berbaur, sekaligus untuk mengadu kesabaran, kecekatanan, serta kekompakan tim. Sejumlah napi mengaku merasa lebih bersemangat setelah mengikuti outbound tersebut.
"Saya jadi lebih optimistis menjalani hidup ini," kata Agus, napi kasus pembunuhan. Jimi menimpali, "Ini sangat membantu untuk bersosialisasi," kata lelaki yang tengah memasuki masa asimilasi ini. Baik Agus maupun Jimi berharap kegiatan seperti itu bisa dilangsungkan secara berkala.
Safari Soma, psikater di Rumah Sakit Jiwa Lembang Bandung, menilai langkah Rahmat Prio menggelar outbound adalah sangat baik. "Karena permainan outbound bisa menghilangkan kejenuhan penghuni penjara. Yang ikut permainan ini bisa merasa lebih rileks dan nyaman," katanya.
Agar lebih optimal, ia menyarankan harus tetap ada pola pembinaan berpikir positif atau rasional bagi para napi. Ini karena kondisi mereka yang terkungkung dan terisolasi. Untuk itu, para napi secara periodik harus mendapatkan bimbingan mental dan kejiwaan.
"Outbound di penjara akan sangat baik bila dilakukan secara periodik dan juga dilengkapi dengan bimbingan mental dan kejiwaan," Safari Soma menambahkan.
Taufik Alwie, dan Sulhan Syafi'i (Bandung)
[Astakona, Gatra Nomor 18 Beredar Kamis, 13 Maret 2008]