Saturday, June 1, 2013

KoranTempo - Ekspresi Ketidakpercayaan

Sabtu, 19 Pebruari 2005.

Ekspresi KetidakpercayaanEditorial, The Daily Star, Beirut



Apa yang terjadi di Beirut beberapa waktu terakhir selintas mirip dengan peristiwa aksi protes menyusul pelaksanaan pemilu ulang Ukraina di Kiev tahun lalu. Penguburan mantan Perdana Menteri Libanon Rafiq Hariri di Beirut, Rabu lalu, bisa menjadi katalisator yang baik bagi proses serupa di Libanon.



Sedikitnya ada 200 ribu orang, bahkan mungkin lebih, yang hadir untuk memberikan penghormatan terakhir mereka kepada pria yang menjadi simbol kebangkitan, harapan, dan kemerdekaan politik Libanon. Mereka hadir dengan segenap ketulusan hati yang mereka berikan bagi negarawan yang terbunuh ini. Mereka juga sangat serius bahwa tujuan mereka hadir bukanlah semata-mata ingin memberikan penghormatan terakhir. Mereka tidak diorganisasikan dan kehadiran mereka dalam pawai pemakaman Hariri juga melepaskan mereka dari kejenuhan. Bisa dikatakan bahwa sambil menyampaikan belasungkawa, mereka juga seperti ingin mengatakan, "Kami ingin mengambil kembali negeri kami."



Memperhatikan begitu besar dan spontannya penghormatan yang diberikan rakyat Libanon yang datang dari berbagai kelompok, partai politik, dan rakyat jelata, reaksi yang diperlihatkan pemerintah Perdana Menteri Omar Karami yang pro-Suriah perlu dikaji. Menteri Dalam Negeri Albert Mansour, sebagai contoh, dalam rekamannya menyatakan, "Berbagai slogan politik yang dimunculkan dalam proses pemakaman tidak berarti apa-apa." Betulkah? Menteri, dan mereka semua yang setara, sepatutnya memikirkannya kembali. Mereka harus cermat merenungkan bahwa proses pemakaman Hariri memperlihatkan aksi massal yang menunjukkan ketidakpercayaan mereka kepada pemerintah. Damaskus juga harus menaruh perhatian serius terhadap pesan yang dimunculkan dari kepedihan ini.



Pemerintah juga sepatutnya becermin pada ketidakmunculan secara virtual para pejabat negara dan kalangan rakyat jelata. "Pemerintah" ini tidak mengakar dan berjalan ke mana pun, baik secara politik, sosial, maupun ekonomi. Yang ada hanyalah kepedulian, ketidaksetujuan, obsesi, dan kekhawatiran akan menjadi oposisi. Pemerintah ini telah, jika menilik dampaknya, melepaskan tanggung jawab. Kehadiran mereka hanya bagi kepentingan keselamatan mereka sendiri dan mengawasi kemungkinan kerusakan yang ditimbulkan dari peristiwa ini.



Semua ini harus diubah, dan pemakaman Rafiq Hariri mungkin menjadi awal dari banyaknya keinginan akan adanya perubahan.



Dipublikasikan 17 Februari 2005