Tuesday, June 11, 2013

KoranTempo - Ralat dari Begi Hersutanto

Jumat, 16 Juli 2004.

Ralat dari Begi HersutantoPada artikel saya yang dimuat Koran Tempo kemarin yang berjudul "Ujian Ketahanan Komunitas Keamanan ASEAN", pada alinea ke-11 artikel tersebut terdapat kesalahan cetak yang perlu diralat. Pada alinea tersebut tertulis, "Permasalahan antara RI dan Malaysia sehubungan dengan kasus penyadapan...." Maksud yang ingin disampaikan dengan kalimat tersebut adalah, "Permasalahan antara RI dan Myanmar...." Mohon maaf sebesar-besarnya atas kesalahan tersebut.



Begi Hersutanto

Peneliti pada Centre for Strategic and International Studies Jakarta



Tanggapan dari Telkom Tangerang



Menanggapi Surat Pembaca di harian Koran Tempo edisi 12 Juli dengan judul "Bingung dengan Pelayanan Telkom", yang disampaikan Ibu Melina di Ruko Simprug, Poris Blok A5 No. 10, Tangerang, dengan ini kami menyampaikan terima kasih atas informasi dan masukannya kepada kami.



Atas informasi tersebut, kami, pada 13 Juli, langsung melaksanakan konfirmasi dengan pihak pelanggan dan bertemu dengan Ibu Melina (adik) atas nama Jo Mei Ing, Nomor Pelanggan 5629984.



Perlu kami jelaskan bahwa saat ini di lokasi Simprug di Poris, Tangerang, belum bisa terlayani pasang baru telepon dengan kabel, karena keterbatasan alat produksi (kabel primer habis). Sebagai solusinya, kami menyediakan layanan Flexi Home yang tidak perlu menggunakan instalasi kabel rumah (IKR).



Untuk menghindari hal yang tidak kita inginkan, antara lain penawaran jasa pasang baru telepon oleh oknum yang mengaku pegawai Telkom, kami menyediakan outlet (Plaza Telkom) yang siap untuk setiap kebutuhan atau keluhan.



Sri Herbowo Git.

Deputy General Manager PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.

Kantor Daerah Pelayanan Komunikasi Tangerang



Golput Menodai Demokrasi



Meningkatnya persentase golongan putih atau golput dalam pemilihan presiden yang diperkirakan hampir 34 persen merupakan fenomena politik yang layak diamati. Beragam alasan orang untuk memilih jalan menjadi golput. Pada zaman Orde Baru alasan memilih golput sebagian besar karena tidak percaya dengan pemerintahan Soeharto yang dinilai tidak demokratis. Tetapi, pemilu tahun ini tergolong paling demokratis karena rakyat langsung memilih wakil-wakilnya yang duduk di legislatif maupun memilih presiden. Itu berarti kemajuan luar biasa dalam perkembangan demokrasi di negeri ini.



Kita tidak berharap pendukung masing-masing calon presiden-wakil presiden yang tersisih frustrasi sehingga memilih golput, seperti sudah diutarakan sejumlah pendukung Amien Rais di Sumatera Utara. Banyak kalangan pendukung dan pemilih pasangan calon presiden-wakil presiden Amien Rais-Siswono Yudohusodo akan mengambil sikap golput atau tidak memberikan aspirasi suaranya pada pemilihan presiden pada putaran kedua bila pada putaran pertama pasangan tersebut gagal lolos. Kalau sikap pendukung calon presiden-wakil presiden yang kalah seperti itu, jumlah golput dalam pemilihan presiden-wakil presiden putaran kedua nanti sangat tinggi. Namun, kita tidak yakin mereka semua golput. Kalaupun ada, jumlahnya tidak signifikan.



Golput merupakan sikap politik yang kontraproduktif dengan proses demokratisasi dan golput merupakan sikap "bodoh" yang memundurkan adanya tahapan edukasi demokrasi bagi masyarakat akar rumput. Golput juga diprasangkakan sebagai perilaku politik yang menodai semangat demokrasi multipartai, karena kelompok yang golput tidak memiliki keberanian dan kesiapan untuk melahirkan kekuatan politik yang siap "berkompetisi" dalam pemilu.



Mari kita sukseskan pemilu tahun ini sampai tuntas dengan menggunakan hak pilih. Jangan golput. Sayang, kalau hak diabaikan, karena kitalah yang menentukan siapa presiden mendatang. Baik-buruknya pemerintahan mendatang tergantung pada suara rakyat dalam menentukan pilihannya. Kalau rakyat mampu bersikap kritis, besar kemungkinan terpilih pemimpin yang berjiwa kerakyatan. Sikap golput kurang tepat untuk diambil, sebab arah masa depan bangsa dan negara ini ditentukan secara bersama-sama, bukan oleh satu golongan atau kelompok saja. Mencintai Tanah Air juga bagian dari iman, sehingga rugi jika tidak ambil bagian menyukseskan pemilu ini.



Namun, meningkatnya persentase golput dalam pemilihan presiden atau pemilihan umum legislatif yang masih kurang dari angka 50 persen tidak berpengaruh terhadap legitimasi hukum hasil pemilu. Hasil pemilu tetap absah dan dipercaya oleh masyarakat pemilih.



Iful Samey

Jalan Sedane Muara Lebak No. 1, Ciomas, Bogor



Sampah dan Banjir



Suatu kenyataan bahwa salah satu penyebab (mungkin yang utama) banjir di Jakarta tercinta ini adalah sampah yang menutup saluran pembuangan air ke kali dan atau kali itu sendiri yang penuh sampah.



Sehubungan dengan itu, kami sarankan kepada Bang Yos (Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso) agar petugas kebersihan (dengan pengawasan yang ketat) diperkuat. Mulai dari masing-masing RT sampai ke tempat pembuangan/pengolahan terakhir yang ditetapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.



Para petugas itu diberi imbalan yang sesuai, minimal upah minimum bagi pelaksana lapangan dan PNS golongan II bagi penanggung jawab. Disertai penegasan tanggung jawab dan sanksi terhadap pelaksanaan tugas. Juga diberi wewenang untuk menegur dan melaporkan segera kepada atasan, apabila ada warga yang seenaknya menutup saluran air limbah atau got. Sebab kenyataan sekarang ini, banyak got yang tidak berfungsi karena ditutup oleh warga untuk kebutuhan sendiri (parkir, jalan masuk, halaman, berdagang, dan lainnya).



Imbalan uang yang mereka terima itu tidak akan sia-sia seperti uang yang dimakan sendiri oleh para koruptor atau yang disediakan untuk proyek kemewahan. Kami percaya apabila hal ini dapat dilaksanakan, banyak orang yang akan mendoakan Bang Yos.



M.J. Daeli

Jakarta Selatan

E-mail: mjdaeli@yahoo.com