Kamis, 14 Pebruari 2002.
PLTA Besai Tak BeroperasiJAKARTA - Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Besai, Lampung, yang menyuplai listrik untuk Lampung dan Sumatra Selatan, kini tidak dapat dioperasikan, sehingga mengancam aliran listrik di wilayah tersebut.
Sumber Koran Tempo mengatakan, tidak beroperasinya PLTA Besai sebenarnya bukan cerita baru. Kata dia, sejak dioperasikan Maret 2001, pembangkit tersebut sudah bermasalah dan beberapa kali gagal dioperasikan.
"Semuanya karena adanya kesalahan dalam pengerjaan proyek, khususnya menyangkut studi kelayakan," ujarnya. Pembangkit listrik tersebut baru setahun lalu diresmikan Megawati Soekarnoputri, yang saat itu menjabat Wakil Presiden.
Sehingga, ketika terjadi hujan deras dalam beberapa hari, pembangkit tersebut tenggelam akibat derasnya air sungai Besai. Menurut dia, mestinya hal itu tidak terjadi, jika pembangunan proyek berdasarkan studi yang benar. "Bagaimana mungkin PLTA yang dioperasikan menggunakan tenaga air bisa tenggelam akibat longsor. Ini karena tidak adanya perencanaan proyek yang matang."
Kini, untuk mengoperasikan kembali, katanya, membutuhkan waktu lama dan biaya besar. Padahal, pembangkit itu dibiayai melalui pinjaman dari Jepang.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Eddie Widiono Suwondo yang dimintai konfirmasinya mengakui PLTA Besai memang tidak dapat dioperasikan karena terendam air. "Tidak dioperasikannya PLTA Besai karena kebanjiran akibat adanya longsor di sisi hilir sungai," ujarnya kemarin.
Akibat longsong, katanya, membuat air sungai Besai meluap dan menggenai pembangkit setinggi 16 meter. Namun, dia menganggap pembangunan proyek tersebut sudah sesuai dengan studi yang dilakukan. "Nggak ada kesalahan proyek."
Eddie mengaku tidak dapat memastikan kapan PLTA Besai dapat dioperasikan kembali. Sampai sekarang, pihaknya tengah mengupayakan perbaikan dan pembersihan pembangkit dari lumpur.
Sedangkan untuk menjamin pasokan listrik wilayah Sumatra Selatan dan Lampung, PLN akan mendatangkan pembangkit dari Riau berkekuatan 50 megawatt (MW). "Sampai sekarang belum diketahui berapa besar biaya pemindahan pembangkit. Yang kami utamakan adalah langkah penyelamatan."
PLTA Besai dibangun di Desa Sukapura, Bukit Kemuning, Lampung Utara dengan biaya sebesar US$ 100 juta. Kapasitasnya 90 MW. Pembangkit ini dimaksudkan untuk mendukung sistem kelistrikan Sumatra Selatan dan Lampung dari ancaman krisis listrik. Soalnya, aliran listrik untuk masyarakat di Sumatra Selatan dan Lampung menggunakan sistem pemadaman bergilir dari pukul 18.00 hingga pukul 22.00.
Listrik swasta dilanjutkan
Di tempat yang sama, Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Luluk Sumiarso mengungkapkan, pemerintah ingin melanjutkan 6-7 proyek listrik swasta yang ditunda akibat krisis ekonomi. "Saat ini, usulan kami tengah digodok bersama usulan dari departemen lain oleh Bappenas."
Usulan itu didasarkan atas adanya krisis listrik pada 2004. Untuk menanggulanginya, pemerintah dan PLN tidak memiliki kemampuan investasi. "Sehingga, kami mengusulkan pembangunan kembali proyek listrik swasta, khususnya yang berada di daerah krisis."
Luluk belum bisa memastikan proyek yang diusulkan untuk dilanjutkan. "Yang pasti berada di daerah krisis listrik."
Sesuai Keppres No. 39/1997, ada 10 proyek listrik swasta yang dilanjutkan, enam dikaji kembali, dan 13 ditangguhkan. Kesepuluh proyek yang diteruskan, PLTU Paiton I, PLTU Amurang, PLTU Sibolga, PLTU Tanjung Jati B, Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Sengkang, PLTG Pare-Pare, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Dieng, PLTP Salak, dan PLTP Wayang Windu.
Sedangkan proyek yang dikaji kembali berdasarkan Keppres 1997 tersebut adalah PLTA Asahan, PLTU Tanjung Jati A, PLTU Tanjung C, PLTP Patuha, PLTP Bedugul, dan PLTP Kamojang. Berdasarkan laporan Tim Keppres 133 (Tim Rehabilitasi dan Restrukturisasi PLN), saat ini PT PLN tengah negosiasi ulang kontrak-kontrak listrik swasta dengan para pengembangnya. ali nur yasin