Tuesday, June 4, 2013

KoranTempo - Pencarian Korban Longsor Leuwigajah Berakhir

Selasa, 8 Maret 2005.

Pencarian Korban Longsor Leuwigajah BerakhirCIMAHI -- Salat gaib yang dilakukan di atas gunungan sampah di tempat pembuangan akhir Leuwigajah, Bandung, Jawa Barat, kemarin menandai penghentian pencarian korban longsor di lokasi itu yang sudah berjalan dua pekan.



Sebuah upacara kecil di atas timbunan sampah--yang berhadapan dengan lokasi penggalian rumah di Kampung Cilimus--dilakukan untuk menutup operasi pencarian jenazah korban longsor. Acara ini dihadiri sekitar seratus orang, terdiri dari anggota TNI Angkatan Darat, anggota Badan SAR Nasional, dan keluarga korban.



Upacara yang dimulai salat gaib itu dipimpin Komandan Kodim 0609 Bandung-Cimahi Letnan Kolonel Kavaleri Ahmad Saefudin yang ditugasi memimpin operasi pencarian korban. Pada acara itu, Ahmad secara resmi menyerahkan penanganan longsor kepada Pemerintah Kabupaten Bandung yang diwakili Bupati Obar Sobarna.



Menurut Ahmad, penghentian pencarian itu merupakan kesepakatan bersama yang sudah diputuskan Sabtu (5/3) lalu. Keputusan itu diambil melalui musyawarah yang dihadiri Perwakilan Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Bandung, Komandan Kodim 0609 Bandung-Cimahi, perwakilan ahli waris, anggota SAR Nasional, serta tokoh masyarakat setempat.



Ia menjelaskan, ada beberapa alasan yang membuat pencarian korban harus dihentikan, di antaranya, berdasarkan ketentuan SAR Nasional, pencarian korban bencana mempunyai batas waktu tujuh hari. Penambahan waktu pencarian selama tiga hari bisa dilakukan jika indikasi dan identifikasi keberadaan korban masih jelas.



Berdasarkan ketentuan itu, kata Ahmad, sudah dilakukan penambahan waktu dua kali tiga hari. Namun, teknis pencarian korban pada hari ke-13 dan 14 malah makin membahayakan tim evakuasi. "Kedalaman galian sampah yang sudah mencapai 12 meter serta bau yang menyengat secara teknis memberikan peluang ancaman," katanya.



Komandan Lapangan Operasi Pencarian Korban Badan SAR Nasional Budi Hadiwiguno mengatakan, pencarian korban sulit dilakukan karena para korban diyakini berada di timbunan sampah yang berdekatan dengan lokasi tebing longsoran yang tanahnya lembek. Kondisi lahan ini dapat menyebabkan alat berat seperti ekskavator yang digunakan mencari jenazah terperosok. "Terlalu berbahaya. Mencari beberapa orang, korban bisa lebih banyak," kata Budi.



Bencana longsor di Leuwigajah yang terjadi Senin dua pekan lalu itu menyebabkan 58 rumah tertimbun tanah dan menewaskan 143 orang penghuninya. Para korban tewas adalah warga Kampung Cilimus, Desa Batujajar Timur, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung, dan Kampung Pojok Cireundeu, Desa Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi.



Hingga pencarian dihentikan kemarin, ada enam korban tewas yang belum ditemukan. Mereka adalah Eni binti Enan, 18 tahun, Ita binti Jejen (6), Sutarna bin Pandi (30), Sutarsa bin Pandi (25), Riska binti Mamat (12), serta Kosasih bin Utit (55).



Keluarga para korban yang semuanya warga RT 02/RW 09 Kampung Cilimus itu menerima keputusan penghentian pencarian korban. "Geus wae ridhokeun (sudah saja diikhlaskan)," tutur Usep, 50 tahun, kakak Sutarsa dan Sutarna, pasrah.



Bencana itu juga memaksa 267 warga penghuni 28 rumah di sekitar lokasi longsor terpaksa diungsikan. Hingga kemarin, 202 jiwa masih tinggal di pengungsian. Dari jumlah itu, 112 orang tinggal di Gedung Olahraga Batujajar Timur dan 90 orang tinggal di GOR Batujajar Barat, Kecamatan Batuajar, Kabupaten Bandung. Sisanya memilih tinggal bersama keluarga mereka di luar wilayah itu.



Bupati Bandung Obar Sobarna mengatakan, pemerintah daerah masih mencari lokasi untuk menempatkan para pengungsi ke rumah yang layak huni. Menurut dia, ada sekitar 86 rumah yang akan dipindahkan.



Obar mengemukakan, beberapa alternatif tengah dipikirkan untuk penanganan pengungsi. Pertama, para pengungsi diberi uang Rp 500 ribu-1 juta untuk menanggung biaya mengontrak rumah selama satu tahun, sementara mereka mencari lokasi baru. Kedua, membangun rumah baru layak huni bagi pengungsi. "Masih sedang dirundingkan," katanya.



Sementara itu, lima pemerintah kota dan kabupaten di wilayah Metropolitan Bandung kemarin menandatangani kesepakatan untuk mengolah sampah bersama. Kelima daerah itu adalah kota Bandung, kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, dan Kabupaten Sumedang. ahmad fikri/rana akbari fitriawan