Kelangkaan solar di SPBU di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, yang terjadi sejak sebulan terakhir tak hanya membuat para pemilik kendaraan menjerit. Ratusan petani juga ikut menderita. Pasalnya, para petani tak bisa menggarap sawahnya karena mesin traktor pembajak sawah tak bisa dioperasikan karena tak ada solar.
Ironisnya lagi, harga solar di tingkat eceran melonjak drastis hingga kisaran harga Rp 6.000 hingga Rp 8.000 per liternya.
Salah seorang petani di Desa Puumbinisi Kecamatan Pondidaha, Nuhusi mengatakan, seja sebulan terakhir solar di SPBU Pondidaha cepat habis. "Kalau pasokan solar datang siang hari, malam harinya sudah habis," keluhnya.
Dia mengatakan, petani butuh solar untuk mengoperasikan mesin traktor pembajak sawah. Agar aktifitas pengolahan sawah petani tak tersendat, mereka terpaksa membeli solar di penjual eceran. Kendati harga solar di eceran lebih mahal ketimbang membeli di SPBU.
Nuhusi mengatakan, untuk membajak satu hektar sawah dibutuhkan sebanyak 25 liter solar. "Itu kalau mesin hand traktornya masih irit. Tetapi kalau mesinnya sudah mulai tua, dalam satu hektar butuh 30-40 liter," katanya. DK