Wednesday, June 12, 2013

Republika - Ratusan Ekor Ayam Mati Mendadak

Senin, 4 September 2006.



Ratusan Ekor Ayam Mati Mendadak

























KUNINGAN -- Penyakit flu burung (avian influenza) mulai menyerang unggas di Kabupaten Kuningan. Dalam sepekan terakhir, ratusan ekor ayam kampung milik warga di Desa Cipasung, Kecamatan Darma, mati mendadak. Berdasarkan rapid test, ayam-ayam itu mati akibat flu burung. Kepala Desa Cipasung, D Sutardi, mengatakan, ayam-ayam yang mati itu jumlahnya sekitar 709 ekor. Menurut dia, ayam-ayam itu mati mendadak mirip dengan gejala ayam yang terserang flu burung. Sutardi mengungkapkan, ayam-ayam yang mati itu sebelumnya dalam keadaan sehat. Namun hanya dalam selang waktu beberapa jam, ayam-ayam tersebut langsung mati. ''Gejala kematian ayam itu tidak sama dengan ayam yang terserang penyakit tetelo, yang sakit dulu sebelum mati,'' ungkap Sutardi saat ditemui di Kuningan, Sabtu (2/9). Menurut Sutardi, warga kini menjadi resah karena takut penyakit flu burung itu akan dengan cepat menular ke unggas lainnya. Bahkan, warga juga khawatir penyakit yang disebabkan virus H5N1 tersebut !

akan menular kepada manusia. Namun, Sutardi mengaku, pihak Dinas Pertanian Kab Kuningan mengambil langkah antisipasi dengan cepat. Setelah mendengar adanya laporan tentang kematian ayam, sambung dia, pihak dinas langsung melakukan penyemprotan dan mengambil sampel darah. Lebih lanjut Sutardi menjelaskan, jumlah unggas di Desa Cipasung mencapai 6.925 ekor. Dari jumlah itu, imbuh dia, terdapat ayam kampung sebanyak 2.976 ekor, angsa yang mencapai 200 ekor, bebek sekitar 85 ekor, burung sebanyak 455 ekor dan ayam ras mencapai kurang lebih 2.500 ekor. Kepala Dinas Pertanian Kab Kuningan, Ir Triastami, membenarkan ayam-ayam tersebut mati akibat flu burung. Menurut dia, hal tersebut didapat dari hasil pemeriksaan rapid test tiga sampel ayam yang mati. ''Namun, kita masih menunggu hasil pemeriksaan serum darah ayam yang mati dari laboratorium Balai Penyidik Penyakit Hewan di Cikole Lembang,'' ujar Triastami saat dihubungi Republika melalui telepon selulernya, ahad (3/9). Sementar!

a itu, tak kurang 5.000 peternak ayam yang ada di Kabupaten Ga!

rut saat

ini terancam kehilangan produksi ayam ternaknya menyusul terus meningkatkanya harga day old chicken (DOC). Akibat kenaikan itu, ratusan ribu ayam ras yang ada di Kab Garut saat ini ikut terancam karena tidak bisa dijual keluar. Menurut Kepala Bidang Keswan Kesmavet Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan (Disnakkanla) Kab Garut, Ir Dida Kardiana, ancaman kehilangan produksi itu terutama dirasakan oleh pengusaha dan pengembak biak ayam ras. Mereka, ucap Dida, tersebar di seluruh kecamatan di Garut. ''Penyebarannya hampir merata di 42 kecamatan,'' ujar Dida kepada Republika, akhir pekan lalu. Secara rinci, kata Dida, ayam ras yang ada di Garut saat ini jumlahnya mencapai 900 ribu ekor. Seluruh ayam ras itu, sambung Dida, sebagian besar tersebar di Kecamatan Samarang, Bayongbong, Karangpawitan, Wanaraja, Cisurupan, Cikajang dan Cisewu. Dijelaskan Dida, walaupun secara teknis tidak ada kaitan langsung dengan kenaikan harga DOC yang saat ini mencapai Rp 4.500 per ekor, pihakny!

a melihat bahwa pengusaha cenderung memanfaatkan situasi itu untuk membatalkan penjualan ayam ternaknya. ''Mungkin karena mereka takut merasa rugi karena biaya untuk mengembangkan ayam DOC terus bertambah,'' katanya.

(lis/mus )