Monday, June 3, 2013

Republika - Pengetahuan Masyarakat Soal Toponimi Rendah

Senin, 26 November 2007.



Pengetahuan Masyarakat Soal Toponimi Rendah

























JAKARTA -- Sosialisasi tentang toponimi, cabang ilmu yang mengkaji dan mempelajari permasalahan penamaan unsur geografi, akan semakin ditingkatkan. Ini mengingat pengetahuan masyarakat terhadap cabang ilmu kebumian tersebut masih rendah. ''Pengetahuan masyarakat tentang ilmu tersebut rendah karena kurangnya sosialisasi. Toponimi tidak pernah disosialisasikan, hanya sedikit yang tahu seperti para pembuat peta,'' ujar pakar toponomi, Jacub Rais, pekan lalu di sela pelatihan toponimi yang diselenggarakan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. Menurut Jacub, pemahaman tentang toponimi bermanfaat dalam rangka menentukan nama geografis yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar. ''Tokoh toponimi memang belum banyak, tetapi saat ini sudah mulai tumbuh,'' jelasnya. Jacub menambahkan, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang toponimi terlihat dari masih banyaknya kesalahan dalam penulisan nama rupabumi yang dibakukan. Ia mencontohkan nama pelabuhan Tanju!

ngpriok. Ia berpendapat penulisan nama pelabuhan 'Tanjung Priok' tidak benar, seharusnya Tanjungpriok. ''Dulu penulisannya dipisah, karena saat itu memang masih berupa tanjung, tetapi kemudian itu berubah menjadi pemukiman sehingga penulisan harus satu kata,'' tegasnya. Berdasarkan dengan kebijakan pembakuan nama rupabumi tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 112/2006, penentuan nama unsur geografis melalui kajian. Rupabumi atau nama geografis adalah nama-nama yang digunakan untuk unsur-unsur alami maupun buatan manusia. Unsur alami misalnya gunung, laut, tanjung, dan teluk. Sementara unsur buatan manusia misalnya jalan raya, pemukiman, dan nama kota. Berdasarkan peraturan presiden tersebut, nama unsur alami ditulis dalam dua kata terpisah, misalnya Gunung Semeru dan Ci Tarum karena 'Ci' sesuai dengan Toponimi berarti sungai. Sedangkan nama unsur buatan manusia ditulis dalam satu kata, misalnya Gunungsitoli dan Cimahi. Pembakuan tersebut diperlukan untuk mendapatkan k!

esamaan dalam penulisan nama geografis. Selain itu juga untuk !

menertib

kan administrasi, dan wujudkan keakuratan informasi dan data. Senada dengan Jacub, Ketua Kelompok Pakar Toponimi sekaligus Direktur Wilayah Administrasi dan Perbatasan, Ditjen Pemerintahan Umum, Departemen Dalam Negeri, Kartiko Purnomo menyatakan, sosialisasi diperlukan dan perlu ditingkatkan dengan melibatkan semua pihak terutama pemerintah daerah. ''Dalam waktu dekat, Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi akan mensosialisasikan toponimi kepada para pengusaha dan pengembang,''tegasnya. n eye

( )