Saturday, June 1, 2013

Republika - 'Pengajaran Bahasa Jepang Masih Konvensional'

Sabtu, 24 Juni 2006.



'Pengajaran Bahasa Jepang Masih Konvensional'

























BANDUNG -- Metode pengajaran bahasa Jepang yang masih konvensional dinilai menjadi salah satu hambatan utama peningkatan kualitas sarjana Bahasa Jepang (Sastra Jepang) di Indonesia. Menurut Direktur The Center for Japanese Language Studies Universitas Padjadjaran, Agus S Suryadimulya, selama ini pendidikan Bahasa Jepang di perguruan tinggi masih menggunakan metode tradisional. Perangkat komputer yang seharusnya bisa menunjang pengajaran pun, kata Agus, masih jarang.''Metode pembelajaran Bahasa Jepang sekarang di Indonesia membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Memang, sekarang metode pengajaran bahasa Jepang itu berkembang ditambah komunikasi,'' ujar Agus yang juga Ketua Panitia Southeast Asia Nihongo Summit, Jumat (23/6). Kondisi itu, sambung Agus, dinilai kurang bisa merangsang minat belajar mahasiswa di Indonesia. Misalnya saat ini, menurut dia, banyak mahasiswa yang belajar bahasa Jepang takut belajar huruf Kanji karena dipikir sangat rumit. ''Untuk mencari!

solusi berbagai masalah yang ditemukan dalam pengajaran bahasa Jepang di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, maka kami menggelar seminar bertajuk South East Asia Summit on The Japanese Language Education National Academic Conference 2006 on The Japanese Language Education in Indonesia,''tutur Agus. Seminar yang digelar selama dua hari itu, sambung Agus, akan dihadiri sekitar 350 pengajar Bahasa Jepang dalam negeri dan 40 ahli bahasa Jepang dari negara-negara Asia Tenggara. Selain terkendala kualitas, menurut Ketua Asosiasi Studi Pendidikan Bahasa Jepang Indonesia, Nandang Rahmat, kuantitas lulusan sarjana Bahasa Jepang juga belum memenuhi permintaan pasar. Rata-rata dalam setahun, kata dia, dibutuhkan lebih dari 300 sarjana bahasa Jepang berkemampuan berkomunikasi dan mengadakan surat-menyurat dalam bahasa Jepang. Mereka diharapkpan bisa bekerja di dalam dan luar negeri. Untuk mengatasi persoalan pembelajaran sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan Bahasa Jepang di Ind!

onesia, kata Agus, seminar dilakukan untuk mencari solusi. Sem!

inar per

tama kali itu digelar juga untuk menjalin jaringan di antara penyelenggara pendidikan bahasa Jepang di negara-negara Asia Tenggara. kie

( )