Saturday, June 1, 2013

KoranTempo - Dari Comberan ke Istana Merdeka

Jumat, 22 Oktober 2004.

Dari Comberan ke Istana MerdekaDi balik musibah, acap kali muncul berkah. Pengalaman inilah yang dialami Andy Sya'bhan Solehudin, 41 tahun, warga Gang Elos III, Kelurahan Muka, Kecamatan Cianjur Kota, Cianjur. Dulu, rumahnya sering terkena banjir. Tak sekadar air kotor yang merangsek ke dalam rumah, tapi juga beragam sampah, seperti plastik, kaleng, kertas, dan Styrofoam.



Awalnya, mendapati rumahnya yang berlepotan seperti itu, jelas kejengkelan yang muncul. Maklum, selain harus berbasah-basah, Andy juga mesti membereskan sampah-sampah kotor tersebut. Hingga suatu ketika terbetiklah ide cemerlang di benaknya: sampah itu masih bisa dimanfaatkan. Pada 1979, lahirlah kreasi pertama berupa mobil-mobilan dorong terbuat dari batu baterai bekas. Tak disangka-sangka, "Eh, ada anak yang tertarik dan membelinya," ujar Andy mengenang.



Merasa kreasinya bisa menghasilkan duit, sejak saat itu Andy jadi getol mencari bahan-bahan sampah. Setelah terkumpul, semua dipilah-pilah sesuai dengan karakteristik masing-masing. Dari situlah kemudian lahir beragam barang, seperti pigura, miniatur bunga, tempat lilin, dompet, lukisan, dan patung. Nilai ekonomi yang dihasilkan dari mengolah sampah itu terhitung lumayan. "Sebulan bisa mendatangkan penghasilan hingga Rp 2 juta," kata suami Ny. Wawat Nurwati itu.



Andy menyebut, sampah yang paling diandalkan saat ini adalah kertas dan Styrofoam. Kebetulan, semua itu sangat mudah diperoleh dari daerah sekitar perairan Waduk Cirata. Hanya mencampurkan dengan bensin, sekadar contoh, Styrofoam bisa dibentuk menjadi aneka ragam kerajinan. Sementara itu, untuk menghasilkan produk kerajinan kertas daur ulang, sampah-sampah kertas itu cukup dicampur lem tapioka.



Secara teknis dan kualitas, produk yang dihasilkan Andy memang tidak istimewa. Hasil kerajinan tangan yang terpajang di sekeliling rumahnya pun berkesan tidak memiliki nilai seni tinggi. Meski begitu, Andy tak berkecil hati. Ayah tiga anak ini berprinsip, "Yang penting, aku bisa menciptakan sesuatu yang tidak berharga menjadi ada nilainya."



Semangat ini pula yang membuat Andy menjadi unggulan peraih Kalpataru pada Hari Lingkungan Hidup, 5 Oktober 2004. Meski hanya masuk nominasi, ia datang ke Istana Merdeka, Jakarta, dengan membusungkan dada. "Bagi saya, lolos seleksi di tingkat Jawa Barat pun sudah prestasi. Apalagi, sampai bisa hadir di Istana Merdeka," kata Andy, yang sedang menunggu penerbitan dua bukunya: Petunjuk Praktis Berkarya dengan Limbah Domestik dan Kisah Nyata Mendapat Prestasi dari Comberan Limbah Menuju Istana Negara.



Di lingkungannya sendiri, termasuk dari Pemerintah Kabupaten Cianjur, prestasi Andy sepertinya dianggap sepi. Tetapi, tengoklah, dari luar Cianjur banyak orang memberikan apresiasi. Selain mendapat undangan semiloka dan lokakarya, peraih Piagam Penghargaan Gubernur Jawa Barat sebagai perintis lingkungan ini mengaku, "Undangan untuk pameran produk juga datang dari berbagai kota, seperti Bandung, Jakarta, dan Bogor." deden abdul aziz