Tuesday, June 11, 2013

detikcom - Tanya Jawab tentang Flu Burung

Kamis, 2 Maret 2006.

Tanya Jawab tentang Flu Burung

Nurul Hidayati - detikcom

Solo -

Korban suspect flu burung terus bertumbangan. Terakhir, adik-kakak suspect flu burung meninggal berurutan di Solo. Virus penyakit mematikan ini bisa menghajar siapa saja.



Untuk itu, marilah kita simak wawancara dengan Dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), DTM&H, MARS dari Departemen Pulmonologi FKUI yang juga spesialis paru-paru di RS Persahabatan tentang penanganan flu burung:



Apakah menurut dokter amantadine masih bisa digunakan sebagai alternatif lini pertama terapi flu burung karena ternyata masih sensitif pada pasien di Indonesia?



Kita pakai Oseltamivir saja, karena bukti ilmiahnya pada H5N1 setidaknya

sudah ada



Berapa dosis oseltamivir untuk anak-anak?



Tergantung berat badannya :

15 kg = 2 X 30 mg

15 - 23 mg = 2 X 45 mg

23 - 40 kg = 2 X 60 mg

> 40 kg = 2 X 75 mg



Mengingat obat antivirus ini hanya efektif pada 48 jam setelah infeksi, menurut dokter apakah yang para dokter umum harus lakukan jika mereka menemukan kasus yang dicurigai flu burung?



Menkes menyatakan akan memberikan 10 dosis Tamiflu di seluruh Puskesmas. Setiap dokter Puskesmas yang mendapatkan pasien suspect flu burung yaitu dengan gejala ILI (Influeanza like illness) dan kontak dengan unggas mati mendadak (atau beberapa kriteria lain) dapat langsung memberi Tamiflu



Atau bila para dokter umum bisa memberikan tamiflu, dimanakan mereka bisa mendapatkannya, karena sepengetahuan saya tidak semua apotik atau klinik tersedia Tamiflu?



Tamiflu tidak akan dijual bebas karena takut misused dan kemungkinan terjadinya resistensi.



Bisakah dokter menyebutkan rumah-rumah sakit mana yang merupakan rujukan kasus flu burung?



RS rujukan saat ini ada 44 di seluruh Indonesia, dan semua tersedia Tamiflu , akan dikembangkan jadi 100 RS.



Dok, saya menemukan artikel yang cukup menarik mengenai flu burung yang menyatakan bahwa beberapa kematian kasus avian influenzae disebabkan oleh komplikasinya yaitu pneumonia atau bronchopneumonia yang penyebabnya kemungkinan besar adalah S. pneumonia, bagaimana pendapat dr. Tjandra tentang hal ini? Apakah saat ini algoritma terapi dengan antibiotika perlu diimplementasikan pada kasus flu burung dan kalau perlu apakah saat ini sudah dilakukan?



Ada 2 jawaban.

1. Laporan dari beberapa negara, termasuk yang terakhir dari Turki, tidak ditemukan infeksi kuman sekunder



2. Tetapi, untuk Indonesia kita pakai pedoman pemberian antibiotika pada pneumonia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).



(

nrl

)