Kendari, 22 Maret 2010
Tim audit Smart Wood menilai perkembangan "Koperasi Hutan Jaya Lestari" atau KHJL melakukan pengelolaan kayu secara lestari 6 kali lipat di banding tahap pertama memperoleh sertifikat FSC inggris. Tahun 2010 ini sertifkat pengelolaan kayu secara lestari yang di berikan Forest Stewardes Council/FSC pada KHJL berakhir. Untuk memperoleh kembali sertifikat tersebut, saat ini tim audit yang dipercaya FSC yakni Smart Wood tengah melakukan audit dan penilaian terhadap koperasi ini.
Penilaian untuk mendapatakan sertifikat yang kedua kalinya ini mengacu pada sektor ekonomi, sosial dan ekologi. Tim penilai Smart Wood Teddy Rusolono mengatakan sangat banyak kemajuan yang dicapai KHJL setelah mendapat sertifikat dari FSC.
Jika di bandingkan saat pertamakali ia datang tahun 2004 lalu perkembangannya hingga 6 kali lipat, seperti jumlah pohon yang di tanam dan jumlah anggota yang cukup nyata.
Meskipun terlikat kemajuan yang cukup pesat namun sejumlah kendala masih perlu dibenahi, namun sayang ia enggan menyebutkannya apa sejumlah kendala tersebut.
Perkembangan Koperasi Hutan Jaya Lestari Sulawesi Tenggara yang begitu pesat tidak dicapai dengan mudah, berbagai cara di lakukan pengurus dan karyawan koperasi untuk membesarkan lembaga mereka.
Ketua Koperasi Hutan Jaya Lestari (KHJL), Warma mengatakan untuk mengajak masyarakat bergabung di KHJL mereka rutin melakukan sosialisasi. Selain itu bantuan sejumlah lembaga pendamping seperti jauh dan TFT,juga sangat membantu perkembangan KHJL hingga saat ini.
Harga kayu yang menggiurkan, dan berbagai keuntungan yang di peroleh anggota merupakan alasan warga untuk bergabung di KHJL.
Sejak di aktifkan tahun 2005 lalu omzet koperasi mencapai 4 milyar rupiah dengan sumbangan pada daerah mencapai angka 200 juta rupiah. Saat ini terdapat sekitar 700 orang anggota yang tersebar disejumlah kecamatan di Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara.
Salah satunya Abdul Haris Tamburaka, dia mengaku berbagai keuntungan telah ia dapatkan selama menjadi anggota KHJL, diantaranya bantuan bibit jati,dan memperoleh pengetahuan terkait pelestarian hutan. Dengan hasil panen tanaman jati yang pertama ia terbantu membiayai pendidikan anaknya ke perguruan tinggi.
Jika lolos dalam audit dan penilaian tahap kedua ini, KHJL akan kembali mendapat sertifikat hingga 2015 mendatang.