Tuesday, November 3, 2009

Bila Air Tak Lagi Mengalir Sampai Jauh

Byline: dedy kurniawan ---


Dengus nafas Ahmadi Razak terdengar berkejaran. Dengan wajah bersimbah peluh, bocah berumur 13 tahun itu terlihat berupaya mengejar sembilan rekannya yang berjalan beriring di depannya.

Sesekali langkah Ahmadi terlihat sempoyongan, namun santri Pondok Pesantren Hidayatullah di Kecamatan Rumbia, Kabupaten Bombana ini tak mau menyerah. Sambil memanggul jerigen ukuran 20 liter berisi air bersih, Ahmadi makin mempercepat langkahnya melewati jalan tanah yang sedikit menanjak.

Hampir sejam kemudian, Ahmadi dan rekan-rekannya tiba di halaman Ponpes Hidayatullah tempatnya menimba ilmu. Jerigen-jerigen berisi air bersih itu kemudian diletakkan di pojok salah satu ruangan yang difungsikan sebagai dapur sekaligus ruang makan bagi santri laki-laki.

Gurat kelelahan terpancar jelas dari wajah Ahmadi. Sambil mengipas-ngipaskan kopiah yang tadi dikenakannya, Ahmadi bercerita bahwa kegiatan mengambil air bersih tersebut sudah dilakoninya sejak sebulan terakhir.

"Cape om, tapi kami senang melakukannya," kata Ahmadi yang matanya kemudian berbinar saat disodori segelas air minum kemasan.

Pengasuh Ponpes Hidayatullah, Kholid mengatakan, musim panas yang terjadi hampir setahun terakhir membuat ia dan para santrinya yang seluruhnya berjumlah 60 orang, terpaksa harus berjalan sejauh satu kilometer untuk mendapatkan air.

"Dulu kami punya sumur tapi sejak dua bulan lalu airnya sudah mengering. Masalahnya lagi, jaringan air PDAM Bombana tak bisa mengalir ke sini karena letak Ponpes yang kebetulan berada di daerah berbukit. Terpaksa setiap hari kami harus jalan kaki menuruni bukit untuk mencari air," kata Kholid.

Menurut pria paruh baya ini, pihaknya sebenarnya sudah dua kali mencoba membuat sumur bor. Namun gagal karena peralatan yang digunakan tak mampu menembus batuan cadas yang terpendam di sekitar bukit tersebut.

Permintaan bantuan kepada pemerintah setempat juga sudah berulang kali dilayangkan Kholid, namun hingga kini belum juga terealisir kecuali janji yang berulang kali didengarnya langsung dari pejabat pemerintah yang ditemuinya.

Secercah harapan muncul saat PT Panca Logam Makmur, salah satu investor tambang emas di Kabupaten Bombana, menawarkan jasa untuk membangun sumur bor di Ponpes tersebut.

Manajer Humas PT Panca Logam Makmur, Maman Resman mengatakan, selain bentuk dari kepedulian sosial, niatan untuk membangun sumur bor di Ponpes Hidayatullah tersebut merupakan bagian dari program Company Social Responsibility (CSR) perusahaannya.

"Paling tidak kami berharap pembangunan sumur bor ini bisa membantu kelancaran pendidikan di Ponpes Hidayatullah ini," katanya.

Pihak Panca Logam Makmur sendiri, kata Maman, sudah menurunkan tim tekniknya untuk menentukan lokasi pembuatan sumur bor di sekitar Ponpes Hidayatullah.

Kholid sendiri berharap, janji PT Panca Logam Makmur tersebut bisa segera diwujudkan, sehingga syair "....air mengalir sampai jauh..." dari lagu Bengawan Solo milik Gesang bisa didendangkan di Ponpes ini dan Ahmadi pun tak lagi turun naik bukit memanggul jerigen.