Tuesday, June 4, 2013

KoranTempo - Koperasi Ajindo Peroleh Pinjaman Depkeu Rp 65 Miliar

Kamis, 25 April 2002.

Koperasi Ajindo Peroleh Pinjaman Depkeu Rp 65 MiliarJAKARTA -- Wapres Hamzah Haz mendukung agar Koperasi Asuransi Jiwa Indonesia (Ajindo) yang saat ini sedang mengalami penurunan kinerja, memperoleh pinjaman subordinasi dari Departemen Keuangan sekitar Rp 65 miliar. Demikian dikatakan Ketua Umum Koperasi Ajindo Mardjito seusai menghadap Wapres di Istana Wapres kemarin.



Saat ini, kata Murdjito, koperasi yang dipimpinnya sedang mengalami kesulitan atau mengalami kerugian cukup besar akibat turunnya nilai tukar rupiah akibat krisis ekonomii. Sementara itu, saat ini outstanding klaim telah mencapai Rp12 miliar. Sehingga koperasi harus membayar klaim tersebut. Nasabah Ajindo mencapai 3,5 juta yang 95 persen adalah rakyat kecil. Selain untuk membayar kewajiban termasuk klaim, pinjaman tersebut akan digunakan untuk pengembangan asuransi.



Sebenarnya, kata Mardjito, pihaknya sudah lama mengajukan pinjaman ke Depkeu, namun hingga kini belum disetujui. Dengan adanya dukungan Wapres tersebut, Mardjito mengharapkan Depkeu segera mencairkan pinjaman itu. Mardjito berjanji akan menggunakan pinjaman tersebut dengan hati-hati.



BI: Sektor Riil di Sulawesi Tenggara Sudah Mulai Hidup



KENDARI -- Bank Indonesia Cabang Kendari menilai, sektor riil di Sulawesi Tenggara kini sudah mulai hidup yang ditandai dengan meningkatnya kucuran kredit bank kepada masyarakat untuk modal kerja dan investasi. Pada triwulan I 2002, menurut Kepala



Bidang Moneter, Keuangan dan Perbankan BI Kendari, Hazairin Ahmad, kredit untuk modal kerja yang disalurkan bank meningkat 2,3 persen dibanding triwulan terakhir 2001. Investasi pun mengalami kenaikan hingga 25,8 persen.



Pada triwulan I 2002 modal kerja yang disalurkan bank-bank di daerah ini mencapai Rp186 miliar, lebih besar ketimbang triwulan sebelumnya Rp182 miliar. Untuk investasi juga terjadi kenaikan dari Rp 54,3 miliar pada triwulan IV 2001 menjadi Rp 186 miliar pada triwulan I 2002. "Ini berarti, ekonomi rakyat terus menggeliat karena kredit tersalur untuk usaha produktif," kata Hazairin.



Dari keseluruhan kredit yang disalurkan tersebut, diakui Hazairin, porsi terbesar masih untuk hal yang bersifat konsumtif yakni Rp 320 miliar, tetapi kondisi tersebut merupakan hal yang wajar karena kredit konsumtif setiap periode selalu meningkat.



Mengenai posisi kolektibilitas kredit yang meliputi kredit yang mendapat perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet pada triwulan I 2002 hanya 2,55 pesen dari keseluruhan kredit tersalur sebesar 576,08 miliar. Jumlah tersebut masih di bawah ambang batas yang ditetapkan BI yakni maksimal 5 persen. (antara)