Rabu, 8 Pebruari 2006.
Duet Elza-Hotman Bela Anjasmara
Kapolda: Tersangka Ngaku Salah
Jakarta, Warta Kota
Kirim Teman | Print Artikel
Berita Terkait:
- Tersangka Kasus 'Foto Bugil' Bertambah
- PARFI Sayangkan Anjasmara yang 'Telanjang'
- Jim Supangat Kehilangan Semangat Adakan Lagi 'CP Biennale'
Pengacara yang namanya kian berkibar, Elza Syarief, menggandeng rekannya Hotman Paris Hutapea untuk membela Anjasmara yang menjadi tersangka dalam kasus "foto bugil". Jadi, kabar bahwa Anjas mendepak Elza dan meminta Hotman sebagai penggantinya, sama sekali tidak benar.
"Elza minta saya kerja bareng dia lagi. Dia mintanya baru kemarin (Senin --Red) lewat SMS. Surat kuasanya juga baru mau dibikin. Tapi, saya sudah bersedia. Jadi, bukan karena ada masalah antara Anjas dan Elza," kata Hotman saat dihubungi Warta Kota lewat telepon, Selasa (7/2).
Pertimbangan Elza menggandeng Hotman? "Dia senang kalau satu tim sama gue. Dia suka sama bibir gue karena pintar ngomong," kata Hotman tanpa basa-basi.
Mengapa Hotman mau menerima kasus ini? Lagi-lagi Hotman berseloroh. "Anjas artis papan atas, imbang dong dengan Hotman," ujarnya.
Duet Elza dan Hotman sudah beberapa kali bekerja sama. Test case-nya dimulai saat mereka menangani kasus Reza Artamevia dan Adjie Massaid, lalu kasus Memey versus Jackson Perangin-Angin.
Sementara, saat dihubungi Warta Kota, Selasa (7/2), Elza Syarief enggan berkomentar tentang kasus yang tengah ditanganinya. Lewat asistennya, Yessy, Elza mengatakan sedang malas bicara, karena pusing mikirin banyak kasus. "Maaf, Bu Elza lagi pusing," ujar Yessy.
Hotman mengakui, kasus Anjas cukup sulit, tapi ada sisi pembelajarannya. "Dari segi hukum agak berat karena menyangkut isu pornografi. Ini kasus menantang, dan menarik, karena bagus untuk perkembangan hukum kita," katanya.
Kapolda Metro Jaya Irjen Firman Gani, Senin (6/2), mengatakan bahwa Anjas sudah mengaku bersalah. "Anjas sudah mengaku dan sudah jadi tersangka," ujar Firman kepada infotainment.
Sebelum menetapkan Anjas sebagai tersangka, menurut Firman Gani, penyidik sudah mendiskusikan foto lukisan Anjas itu dengan beberapa ahli seni, budaya, dan pidana. "Dia boleh bilang karya seni, kita bilang melanggar kesusilaan," tegas Firman. Tapi, Firman belum memastikan apakah Anjas akan segera ditahan atau tidak. "Kita lihat dua hari ke depan," katanya.
Menurut Hotman Paris, seni instalasi karya Agus Suwage dan fotografer Davy Linggar yang menampilkan sosok Anjas dan Izabel Jahja tersebut tidak mengandung unsur pornografi. "Anjas tidak memperlihatkan alat kemaluannya karena sudah disensor," ucapnya.
Tak habis pikir
Sementara Todung Mulya Lubis yang menjadi pengacara Izabel, Agus, dan Davy, mengaku tidak habis pikir mengapa karya seni bisa menjadi kasus hukum. "Kita semua terkejut, mengapa mereka semua (termasuk Anjas) bisa jadi tersangka. Sebab, kita tidak melihat alasan hukum yang kuat untuk itu. Saya tidak percaya, kebebasan berkarya dan berekspresi bakal diadili," tuturnya saat dihubungi Warta Kota, Senin (6/2).
Menurut Todung, pandangan terhadap karya tersebut salah besar. "Mana bisa nilai estetika diadili dengan nonestetis, dengan menerapkan logika. Itu kesimpulan yang salah terhadap karya seni," imbuhnya.
Todung mencoba menguatkan pemikiran dalam konteks seni dalam kasus ini, meski dia sadar enggak bakal nyambung. "Saya sangat mendukung kebebasan berkesenian, makanya saya bersedia mendukung tiga rekan kita. Saya sebetulnya tidak mau masuk ke teologis, tapi kan yang diomongin karya seni," katanya. Meski berbeda pandangan, Todung dan kliennya tetap menghormati proses hukum. "Kita tetap menghormati panggilan polisi," tegasnya.
Sementara Koordinator Kurator CP Biennale II, Jim Supangkat, menyatakan prihatin dengan kasus ini. "Ada salah pembacaan di sini. Karya seni punya tujuan mempersoalkan berbagai masalah di masyarakat, dan ini harus dibaca secara complicated," ujarnya. Menurut Jim, CP Biennale adalah konvensi internasional tahunan, dan setiap negara punya kesempatan untuk menyelenggarakannya.
Jim khawatir kasus ini memberi dampak buruk kepada seniman Indonesia. "CP Biennale pakai label internasional. Konsekuensinya, seniman-seniman asal Indonesia akan semakin sulit mendapat peluang untuk berkiprah ke dunia internasional. Bangsa Indonesia bakal makin terpuruk," katanya. (yus)