Thursday, April 4, 2013


    MENJADI WARTAWAN PEMBERANI, DAN MENULIS  TANPA TAKUT

 
Cacatan : DEKRI ADRIADI

          Menjadi wartawan tentunya tak semudah membalikan telapak tangan, karena profesi seorang wartawan selalu di bayang-bayangin dengan rasa takut, mau atau tidak, senang ataupun hobby ketika menulis hal-hal yang  berdanpak buruk untuk pribadi diri sendiri, tentunya hal yang biasa bagi seorang wartawan profesional.

   Seorang wartawan tentunya harus dapat memila-mila saat melakukan penulisan untuk pemberitaannya, apakah menulis bersikaf obyektif ataupun menulis dengan bersikaf emosional, hal tersebut tidak dapat terpisakan dalam pikiran seorang wartawan ataupun sang jurnalis,sejenak dalam kutipan berita  tak ada yang biasa semua terasa luarbiasa, ketika didalam tubuh berita memberi motivasi sang pembaca, entah itu berita menyanjung ataupun berita mengkritisi individu seorang pemerintah, tak bisa dipungkiri namun selalu teranalisa dalam pikiran seorang penulis ketika dilapangan menemukan informasi yang bersifat ganjil ataupun miring, namun tak mampu terpikirkan ketika info yang ditemukan indera seorang penulis itu ada hubunganya dengan dilematis yang kemudian harus memilih antara idealis dan kekerabatan, sehingg menjadi  ukuran bagi sang pembaca, secara instan akan menjadi polemik di benak sang penulis mau ataupun tidak hal tersebut akan berubah secara otomatis, namun sikap tanggap yang harus dilakukan seorang penulis tentunya merubah secara perlahan-lahan, banyak wartawan ketika menulis lebih mementingkan idealisnya daripada emosionalnya dan hal tersebut tidak salah, melainkan ukuran seorang wartawan yang memiliki pendirian yang bersikaf  professional,beberapa analisa dan kajian seseorang individu tentang menjadi wartawan dan  menulis tanpa rasa takut, yaitu seorang wartawan jangan pernah memikirkan dampak berita  ketika telah terekspost dan terpublikasi, wartawan juga jangan pernah merasa ketika berita yang di tulisnya itu terbaca di publik akan bermunculan preman nisme dan terror yang bertubi-tubi, pada diri dan pribadinya karena  hal tersebut merupakan salah satu  hal yang biasa dan tak lumbra lagi, resiko tetap ada baik ancaman maupun benturan fisik tetapi jangan menjadi beban dalam diri seorang penulis tetapi melainkan kebanggaan dalam diri sendiri, bahwa hal yang dilakukan itu adalah jiwa seorang pemberani dalam menantang kebijakan sang penguasa yang selalunya menindas dan memperbodohi rakyat dan bawahanya, menjadi seorang wartawan pemberani dan menulis tampa rasa takut tentunya hal yang luar biasa dan jarang terjadi dalam diri sang penulis, sehingga banyak oknum-oknum yang dapat menganggap diri wartawan sebenarnya dapat di ukur dengan nilai rupiah ataupun baarang yang dapat menutupi kesalahan yang dilakukan sang pengambil kebijakan,jadilah wartawan yang professional dan berani menulis tanpa rasaa takut dan yakinilah bahwa tulisan anda lebih dominan di sanjung sang pembaca. (***)