Thursday, June 6, 2013

detikcom - 2007, Aceh dan Nias Jadi Provinsi Cyber Pertama di Indonesia

Kamis, 19 Januari 2006.

2007, Aceh dan Nias Jadi Provinsi Cyber Pertama di Indonesia

Nur Raihan - detikcom

Aceh -

Tsunami agaknya membawa berkah bagi Aceh dan Nias. Pasalnya, pertengahan tahun ini, Badan Pelaksana BRR NAD-Nias berniat mengadakan infrastruktur jaringan internet tanpa kabel (wireless) di 23 kota/kabupaten di Aceh dan Nias.



Program ini ditargetkan selesai awal 2007. Sehingga Aceh dan Nias akan menjadi 'cyber province' pertama di Indonesia. Di Aceh meliputi 21 kota atau kabupaten di Nias 2 kabupaten.



"Pembangunan internet tanpa kabel ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat

mengakses informasi dalam waktu singkat, terutama yang terkait proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Nias," jelas Juru Bicara BRR Mirza Keumala dalam rilis yang diterima detikcom, Rabu (18/1/2006)



Melalui teknologi ini, masyarakat diharapkan dapat ikut berperan aktif memberi informasi sekaligus mengawasi kinerja semua pihak yang terlibat dalam kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi di kedua daerah ini. "Mendorong terciptanya transparansi informasi kepada publik," tambahnya.



Pembangunan jaringan ini juga berfungsi untuk mengganti infrastruktur telekomunikasi konvensional yang rusak akibat bencana. Komunikasi konvensional dinilai cukup mahal sehingga membatasi kebutuhan koordinasi, sementara intensitasnya cenderung meningkat seiring percepatan rekonstruksi dan rehabilitasi bencana.



Sementara itu, di lingkungan pemerintahan, diharapkan dapat mendorong pelayanan publik yang lebih baik sekaligus menciptakan good governance berbasis teknologi informasi. "Dengan adanya fasilitas ini, akhir 2006 Aceh akan menjadi provinsi cyber dan itu yang pertama di Indonesia," kata Mirza.



Dari sisi pengembangan masyarakat (community development), fasilitas ini juga dapat digunakan untuk merangsang percepatan pertumbuhan ekonomi, penyebaran ilmu dan teknologi serta peningkatan mutu pendidikan.



"Ini akan sinergis dengan peningkatan mutu pendidikan. Kita harapkan akan ada

percepatan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi di kalangan generasi muda. Khususnya dunia pendidikan dengan adanya metode pendidikan baru yang lebih efisien," ujarnya.



Jaringan internet tanpa kabel ini menggunakan Very Small Apperture Terminal (VSAT) Single Carrier Per Channel (SCPC) sebagai jaringan tulang punggung. Selain bisa menjangkau seluruh area di Aceh dan Nias, investasi yang dibutuhkan lebih murah dibandingkan infrastruktur telekomunikasi konvensional.



Sedangkan untuk distribusi domestik di tingkat lokal menggunakan Wifi (wireless fidelity) yang bekerja di frekwensi 2.4 Ghz. Frekuensi ini bebas lisensi sesuai Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2005. Wifi merupakan standar teknologi dunia yang berkualitas dan mampu menjangkau hingga radius 5 kilometer. Wifi juga terbukti handal saat diterapkan di wilayah bencana yang fasilitasnya serba terbatas.



Untuk membangun sistem Internet Wireless Local Loop dibutuhkan lebih dari 125 orang dengan prioritas tenaga lokal dalam pengoperasiannya. Kepada mereka akan diberikan pelatihan. Setelah masa tugas BRR berakhir pada 2009, pengelolaannya diserahkan kepada Pemda NAD.



Saat ini, diperkirakan jumlah pengguna Internet di Aceh dan Nias mencapai 100 ribu orang. Jika program ini selesai dibangun, maka jumlah itu diperkirakan akan meningkat hingga mencapai 500 ribu pengguna.





(

ahm

)