Sunday, July 11, 2010

Ahh, Nikmaat Bangeett

By Line: dedy kurniawan



"Iniesta shoot...andd...Goolllllllll...", seorang lelaki paruh baya tiba-tiba melompat dari kursi plastik yang didudukinya. Hanya mengenakan kain sarung dan kaos oblong, lelaki tersebut berlari kecil mengelilingi arena tempat nonton bareng yang berada persis di depan pasar Anduonohu, Kendari.

"Gol...gol...gol..." seru lelaki tersebut sambil mengangkat kedua belah tangannya diiringi sorak sorai ratusan orang lainnya yang ikut acara nonton bareng final piala dunia tersebut.

Semenit kemudian, lelaki bernama Hambali itu kembali duduk di tempatnya semula. Wajahnya kembali terlihat tegang saat para pemain kesebelasan Belanda berulang kali menyerang lini pertahanan kesebelasan Spanyol di menit-menit akhir paruh kedua babak tambahan.

Saat Howard Webb, wasit asal Inggris yang memimpin laga final itu meniup peluit panjang, Hambali kemudian menegakkan punggungnya lalu menyandarkannya di sandaran kursi. Sambil menyulut sebatang rokok kretek kegemarannya, pemilik toko Duta Gorden yang terletak persis di depan pasar Anduonohu itu menyeringai puas.

"Saya puas sekarang, akhirnya Spanyol juara dunia," katanya.

Menurut Hambali, momen kemenangan La Furia Roja di laga final World Cup 2010 ini seolah memberinya sensasi lebih. Ayah tiga anak ini berkisah, ia sebenarnya pendukung berat Brazil dan Argentina. Hambali bahkan berharap, dua jawara asal Amerika Selatan itu bertemu di final.

Namun ia sangat kecewa saat Brazil disikat Oranje 2-1 dan Messi cs digilas Der Panzer 3-0 tanpa balas di babak perempat final. "Di dua pertandingan itu saya kalah tujuh juta pak," katanya setengah berbisik sambil tersenyum kepada istrinya yang tiba-tiba muncul sambil membawa beberapa gelas kopi dan sepiring pisang goreng.

Lantaran dua ayam jagonya tumbang di babak perempat final, Hambali lalu mengalihkan dukungannya kepada Puyol dan kawan-kawan. Bukan tanpa alasan Hambali memilih mendukung tim matador. "Saya jengkel sama Jerman dan Belanda. Saya mau melihat mereka kalah," katanya sengit.

Gayung bersambut, harapan Hambali tak sia-sia. Di babak semi final, tandukan Puyol memaksa Schwantieger cs meneteskan air mata penyesalan.

Saat final digelar, harapan Hambali makin membuncah. Ia bahkan sampai rela merogoh kocek sendiri membeli sejumlah peralatan dan menggelar acara nonton bareng di halaman toko yang juga merangkap sebagai tempat tinggalnya itu.

"Ada teman yang ajak saya taruhan. Dia pegang Belanda. Dia mau ganda setengah saya kalau mau pegang Spanyol. Saya tidak tawar, saya lawan dia," kata Hambali.

Saat babak pertama dan kedua berlangsung, Hambali mengaku tegang. Maklum saja, selain akan mendapat ejekan selama beberapa hari, ia pun harus siap-siap mendapat omelan istrinya yang hingga kini tak tahu kalau suaminya menggunakan modal jualan untuk taruhan bola.

Untung saja Andre Iniesta, gelandang serang tim Matador asal Barcelona ini menjadi dewa penyelamat Hambali. Di menit 116, tendangan kerasnya dari sudut kiri gawang tak mampu diblok Kiper Belanda, Maarten Stekelenburg. Kedudukan 1-0 buat Spanyol ini bertahan hingga pertandingan selesai.

"Tapi terus terang usai gol tadi saya tegang sekali. Ngeri, pemain Belanda berkali-kali mengancam gawang Spanyol menjelang pertandingan selesai," ujar Hambali.

Saat wasit meniup peluit panjang, ketegangan Hambali mencair. Seringai kemenangan berkali-kali ia pamerkan kepada beberapa temannya yang ia tahu merupakan pendukung kesebelasan Belanda. Menurut Hambali, sensasi lebih yang ia rasakan atas kemenangan Spanyol di final yakni selain dendamnya kepada Jerman dan Belanda yang telah mengalahkan kesebelasan idolanya yakni Argentina dan Brazil seolah terbayar lunas, kantong Hambali juga akan bertambah tebal. Duit sebanyak Rp 15 juta rupiah, besok siang akan ia terima dari temannya yang kalah taruhan.

Sambil memainkan korek zippo di tangan kirinya, Hambali mengisap rokok kreteknya dalam-dalam. Matanya menerawang. Mungkin ia membayangkan dirinya mengangkat tropy piala dunia seperti Iker Casillas....Ahhh...Nikmaattt

Bravo La Furia Roja

Webb, Wasit Final Piala Dunia yang Tak Sanggup Mengatur Anak Sendiri

Oleh Raju Febrian

Tampangnya sangar. Dengan tubuh yang tinggi besar, tegap, dan kepala plontosnya, Howard Webb memang punya penampilan garang. Tapi siapa nyana jika wasit asal Ingris yang terpilih sebagai pengadil di final Piala Dunia 2010 ini ternyata kelabakan jika mengurus anaknya sendiri?

"Saya tak tahu bagaimana dia melakukannya tugasnya di lapangan. Dia tak bisa mengatur anaknya sendiri. Saya tak tahu bagaimana dia menangani pemain di lapangan," kata istri Webb, Kay, pada GMTV. Pasangan ini memiliki tiga anak -- Holly (8 tahun), Jack (6 tahun), dan Lucy (3 tahun).

Pria berusia 39 tahun dari Rotherham, bagian utara Inggris, sudah masuk dalam daftar wasit di FIFA sejak 2005. Mantan polisi dikenal sebagai salah satu wasit terbaik di Eropa dan pernah bertugas sebagai wasit pada final Liga Champions antara Inter Milan dan Bayern Munich di Madrid.

Pada Piala Dunia, ia menjadi wasit pertandingan antara Spanyol yang dikalahkan Swiss dengan skor 1-0 dan menjadi wasit pada pertandingan antara Slovakia yang menang atas Italia dengan skor 3-2.

Kehadiran Webb setidaknya membuat Inggris akhirnya punya juga wakil di final Piala Dunia. Memang bukan tim nasional mereka karena The Three Lions sudah tersingkir di babak 16 besar oleh Jerman. Nah yang tinggal sekarang adalah "The Three Lines", tulis tabloid Inggris The Suns.

Webb akan menjadi wasit Inggris pertama yang akan memimpin partai final Piala Dunia setelah mentornya, Jack Taylor pada 1974. Pada pertandingan di Munich itu, Taylor memberikan penalti bagi Belanda di awal pertandingan meski Jerman Barat akhirnya memenangkan pertandingan dengan skor 2-1.

Ngatur anak sama pemain beda kali ya bos?

Saturday, July 10, 2010

Awas, Oli Palsu Beredar di Kota Baubau

By Line: dedy kurniawan

Aparat Polresta Baubau, Sulawesi Tenggara, menggerebek sebuah gudang yang diduga menjadi tempat penyimpanan oli palsu. Dalam penggerebekan itu, polisi berhasil menemukan puluhan kardus berisi ratusan botol oli yang telah dipalsukan. Anehnya, dalam penggerebekan itu polisi tidak menangkap atau menahan pemilik gudang.

Setibanya di gudang yang terletak di Jalan Murhum, polisi menemukan puluhan kardus berisi ratusan botol oli berbagai merek. Saat diperiksa, diantara tumpukan kardus tersebut terdapat 21 kardus berisi ratusan botol oli merek castrol yang diduga telah dipalsukan.

Dari hasil pemeriksaan di lapangan, sepintas tak ada perbedaan dengan oli merek Castrol yang asli. Namun saat diteliti, di bagian dalam tutup botol oli tak terdapat label berlogo Castrol. Selain itu, tutup botol dalam keadaan tidak tersegel.

Saat isi botol dikeluarkan terlihat bahwa oli yang diduga telah dipalsukan tersebut berwarna lebih jernih dan agak encer dibandingkan oli merek Castrol asli yang berwarna agak gelap dan lebih kental.

Saat diinterogasi, pemilik gudang, Mondry Williams, berkelit bahwa dirinya tidak mengetahui soal oli-oli palsu tersebut. Menurut dia, pihaknya hanya memesan dan menerima kiriman oli-oli tersebut dari seorang distributor di Makassar, Sulawesi Selatan. Saat hendak dikonfirmasi wartawan, Mondry Williams menolak diwawancarai.

Untuk kebutuhan penyidikan, polisi kemudian menyita puluhan kardus berisi oli yang diduga dipalsukan tersebut. Anehnya, polisi tidak melakukan tindakan apapun kepada pemilik gudang.

Sejumlah bengkel di Kota Baubau yang didatangi polisi, ketahuan menyimpan dan telah menjual oli merek Castrol yang diduga telah dipalsukan tersebut. Saat ditanyai, para pemilik bengkel rata-rata mengaku tidak tahu kalau oli yang mereka jual diduga kuat telah dipalsukan.

“Saya hanya terima barang dan menjual pak. Kami disini tidak pernah memeriksa kondisi barang,” kata Rosmini saat diinterogasi polisi.

Meski jawaban pemilik bengkel terkesan janggal, namun polisi juga tidak melakukan penahanan. Polisi hanya menyita oli yang belum sempat terjual dan menginterogasi sebentar para pemilik bengkel.

Pihak kepolisian juga menolak memberikan keterangan terkat tidak ditahannya pemilik gudang penyimpan oli yang diduga dipalsukan. Alasannya, selain belum cukup bukti, hal tersebut juga masih dalam tahap penyelidikan.